views

Prabowo Subianto kembali menggalang kekuatan jelang Pilpres 2024. Bila terjadi, ini kali ketiga ia melenggang ke pertarungan politik terakbar 5 tahunan itu sebagai seorang calon presiden, 2014, 2019, dan 2024.
Kali ini ia didukung sejumlah partai besar. Gerindra tempatnya bernaung, juga PAN, Golkar, PBB, hingga Gelora.
Menarik, melihat PAN begitu setia dengan Ketua Umum Gerindra tersebut.
Pada dua edisi pilpres sebelumnya, yakni Pilpres 2014 dan Pilpres 2019, PAN selalu setia bersama eks Danjen Kopassus tersebut. Dua kali kalah dari Jokowi, tak membuat PAN berpaling.
Pada 2014, Prabowo berpasangan dengan elite senior PAN Hatta Rajasa. Saat itu pasangan yang diusung Gerindra, PAN, Golkar, PPP, PBB, dan PKS.
Duet ini kalah dari Jokowi-Jusuf Kalla. Jokowi-JK meraup 53,15 persen suara, sementara Prabowo-Hatta 46,85 persen.
Kalah, tak membuat PAN memalingkan dukungannya 5 tahun kemudian. Pada 2019, mereka kembali mendukung Prabowo melenggang di pilpres bersama Sandiaga Uno.

Prabowo-Sandi secara lengkap diusung oleh Koalisi Indonesia Makmur yakni PAN, Gerindra, Demokrat, PKS, dan Berkarya.
Terkait kesetiaan ini, PAN menyebut bukan tanpa alasan. Mereka yakin di 2024, Prabowo tak akan kalah.
Sebab, Prabowo kini telah masuk kabinet Jokowi sebagai Menteri Pertahanan (Menhan). Situasi ini dinilai Ketua DPP PAN Yandri Susanto menguntungkan.
"Ya suasananya beda dong. Beda jauh 2014 dan 2024 kan beda. Dulu kan Pak Prabowo berhadap-hadapan dengan pemerintah waktu koalisi pemerintah, sekarang kan Pak Prabowo di pemerintahan," kata Yandri kepada wartawan di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (14/8).
"Bahwa ada pihak lain yang mengatakan [Prabowo] tidak menang itu sesuatu yang menurut kami biasa-biasa saja karena pasti ada yang pro kontra. Jadi bagi kami tidak akan mengurangi keyakinan kami untuk menang," ujarnya.

CLBK Golkar dan Demokrat
Menarik juga melihat manuver Golkar dan Demokrat. Bak Cinta Bersemi Kembali (CLBK), keduanya kini sudah dipastikan akan berlayar bersama di 2024.
Golkar pada 2019 lalu sempat berseberangan dengan Prabowo. Mereka mendukung duet Jokowi-Ma'ruf Amin bersama PDIP, PPP, PKB, dan NasDem.
Kata Golkar, memilih Prabowo adalah 'keputusan terbaik'. Ketum Golkar Airlangga Hartarto menilai Prabowo paling cocok melanjutkan tampuk kepemimpinan Jokowi.
‘’Beliau selalu mengikuti kegiatan di Partai Golkar dan kekaryaannya tidak diragukan lagi, egaliter, searah, sejalan dan setujuan dengan Partai Golkar,’’ ujar Airlangga di Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Jakarta, Minggu (13/8).
Sementara Demokrat, sejak 2019 sudah bersama Prabowo. Sempat mendukung calon lain, Anies Baswedan untuk 2024, yang namanya jodoh tak ke mana. Merasa dikhianati Anies, Demokrat kembali ke 'cinta lamanya'.

Pada akhirnya partai besutan Agus Harimurti Yudhoyono itu melabuhkan pilihannya ke Koalisi Indonesia Maju untuk mendukung Prabowo. Bahkan sang pendiri sekaligus Ketua Majelis Tinggi, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengatakan siap turun gunung membantu memenangkan Prabowo.
"Saya yakin dengan izin Allah masa Pak Prabowo untuk memimpin kita semua adalah melalui pilpres yang akan datang. For you saya siap turun gunung," kata SBY dalam cuplikan video yang diunggah oleh akun Instagram resmi PAN, Minggu (17/9).

Siapa yang akan Mendampingi Prabowo?
Ada sejumlah nama yang disebut-sebut kandidat kuat pendamping Prabowo. PAN mendorong nama Menteri BUMN Erick Thohir, Golkar menjagokan Airlangga Hartarto, sementara di luar itu ada juga nama Wali Kota Solo sekaligus putra Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka.
Dari sejumlah survei elektabilitas cawapres nama Erick terkuat. Ia bersaing dengan 2 nama lainnya yakni Ridwan Kamil dan Sandiaga Uno.
Di survei Juli 2023, Erick Thohir ungguli RK dan Sandi dengan persentase 31,3 persen. Sementara RK 29,6 persen, dan Sandi 17,5 persen.

Namun tentu, pemilihan cawapres bukan soal survei saja. Nama Airlangga juga bisa jadi pilihan. Meski dari survei lemah, tapi lobi politik tingkat tinggi bisa saja membuat koalisi menyepakati namanya dipilih.
Nama terakhir, Gibran Rakabuming, juga menarik. Bahkan baliho Prabowo bersama politikus PDIP itu mulai bermunculan. Entah siapa yang menginisiasi dan memasang.
Gibran sendiri sedari awal tak ingin dikaitkan dengan Prabowo. Sebab, PDIP sudah mengusung Ganjar Pranowo.
Baliho tersebut terpasang di wilayah Pantura Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Terbaru, baliho Prabowo-Gibran muncul di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah.
Gibran buka suara atas banyaknya munculnya baliho tersebut. Dirinya sudah mewanti-wanti relawan agar tidak memasang gambar dirinya.
"Saya tidak tahu yang memasang baliho itu. Kan sudah saya wanti-wanti relawan tidak pasang gambar saya. Tapi namanya relawan ya gitu," kata Gibran di Balai Kota, Senin (18/8).
"Tidak ada hubungannya (merugikan Ganjar) kita tetap solid PDIP. Saya minta pada teman-teman relawan jika pasang gambar saya agar izin dulu. Menimbulkan keresahan warga," tandasnya.
Soal Gibran, memang masih rumit. Sebab, ia di PDIP dan juga usianya belum masuk hitungan. Batas minimal usia capres cawapres adalah 40 tahun, sementara Gibran baru 35 tahun.
Namun, saat ini masih ada gugatan di Mahkamah Konstitusi. Usia capres cawapres digugat supaya bisa minimal 35 tahun.
Jadi, dari tiga nama di atas, peluangnya masih terbuka. Bahkan, bisa jadi tiba-tiba di last minute ada nama kejutan yang dipilih Prabowo untuk mengarungi Pilpres 2024.
https://kumparan.com/kumparannews/prabowo-di-antara-kesetiaan-pan-dan-clbk-golkar-demokrat-21DdY1x3IwR
Comments
0 comment