Cerita Pemilik Keripik Buah Sehat, Bangun dari Nol sampai Ekspor ke Kanada-AS
Pemilik usaha keripik buah sehat Chipsy Chips menceritakan pengalaman membangun usahanya. #kumparanFOOD #newsupdate
Pemilik usaha kuliner Richardo Petricius Utoyo. Foto: Gitario Vista Inasis/kumparan
Pemilik usaha kuliner Richardo Petricius Utoyo. Foto: Gitario Vista Inasis/kumparan

Usaha kuliner merupakan salah satu bisnis yang cukup relevan dan menjanjikan di era saat ini. Selain peluangnya yang besar, bisnis kuliner juga sangat fleksibel, karena dapat dimulai dari skala kecil dengan modal yang terjangkau.

Mulai dari makanan ringan hingga makanan berat, ada beragam jenis usaha kuliner yang bisa dicoba, salah satunya adalah usaha keripik buah yang belakangan ini banyak digemari. Hal itu pula yang dialami pemilik usaha keripik buah sehat asal Wonosobo Chipsy Chips, Richardo Petrisius Utoyo.

Pria yang akrab disapa Edo itu bercerita kepada kumparanFOOD, bagaimana ia akhirnya memulai usaha tersebut hingga sekarang memiliki omzet miliaran rupiah.

8 finalis DSC Season 14 bersama dengan coach dan dewan komisioner. Foto: Gitario Vista Inasis/kumparan
8 finalis DSC Season 14 bersama dengan coach dan dewan komisioner. Foto: Gitario Vista Inasis/kumparan

"Jadi, story (cerita) awalnya partner kami, bisa dikatakan pembina kami, mentor kami, waktu di Batu, Malang itu petani apel Batu Malang, setiap panen hampir 30 persennya pasti tidak di-approve sama tengkulak karena bentuknya kurang baguslah. Kalau dijual di pinggir jalan paling harganya cuma Rp 1.000 per kg, turun banget kan," ujar Edo saat ditemui kumparan di sela-sela acara final press conference, Diplomat Success Chalenge (DSC) Season 14, yang digelar di Tulum Kafe Jakarta beberapa waktu lalu.

Karena harga jualnya yang jatuh dan daripada sia-sia jika produk itu dibuang, Edo akhirnya memutar otak untuk menjadikannya sebagai potensi usaha.

"Dari situ (kepikiran) gimana ya, apel yang tadi mau dibuang petani atau dibiarin saja gitu biar jadi produk. Nah, ketemulah ide keripik buah ini yang kita buat teknologinya untuk bikin keripik," lanjut Edo.

Ilustrasi perempuan makan keripik. Foto: TimeImage Production/Shutterstock
Ilustrasi perempuan makan keripik. Foto: TimeImage Production/Shutterstock

Setelah diolah sedemikian rupa, produk tersebut kemudian dijadikan keripik buah sehat dengan beragam varian. Ada berbagai jenis varian yang bisa dinikmati seperti keripik buah, sayuran hingga umbi-umbian.

"Variannya ada 15 kali, itu kalau buah. Buah itu nangka, nanas, salak, apel, pisang, melon, mangga, pepaya, terus yang umbi-umbian itu ketela, singkong, tape. Sayur ada wortel, okra, buncis. Best seller-nya ada tiga yaitu salak, nangka, apel. Kalau ubi juga ada ubi cilembu yang oren, ubi ungu, sama ubi yang putih juga ada," ungkap Edo.

Tidak Pakai Bahan Pengawet

Menariknya lagi, keripik buah miliknya juga tidak mengandung bahan pengawet yang berbahaya buat kesehatan. Hal ini karena ternyata keripik tersebut tak hanya diproduksi untuk pasar lokal tetapi juga hingga mancanegara.

"Ada beberapa buyer waktu ke rumah produksi kita, tanya 'bisa enggak ini diekspor?' 'Bisa pak' cuma harus sesuai dengan standar ini dan itu karena belum ada keripik buah yang ada Indonesia bisa lolos ekspor ke Kanada dan AS karena keripik buah itu pakai metabisulfit atau zat adiktif yang digunakan untuk pengawet. Nah, syaratnya kalau ke AS dan Kanada enggak boleh pakai itu," kata dia.

Ilustrasi perempuan makan keripik. Foto: Halfbottle/Shutterstock
Ilustrasi perempuan makan keripik. Foto: Halfbottle/Shutterstock

Menurutnya yang membedakan keripik buah miliknya dengan yang lain adalah, semua produk yang dibuat tidak menggunakan pengawet sama sekali.

"Nah yang membedakan kita dengan yang lain itu hampir semua produk kita tidak pakai zat metabisulfit atau zat adiktif itu. Akhirnya kita lolos BPOM, dan yang lain itu agak sulit. Akhirnya kami juga menambahkan sertifikat internasional. Nasional kita ada BPOM, HACPP, internasional kita ada ISO 2200," ungkap dia.

Karena tidak menggunakan bahan pengawet, Edo mengeklaim produknya bisa tahan lama bahkan tahunan selama disimpan dengan baik dan benar serta kemasannya tidak dibuka.

"Yang bikin makanan kita enggak tahan lama itu kan ada air di situ, ini kan dihilangkan airnya. Kalau kita penyimpanannya benar gitu, ya itu bisa sampai 2 tahun. Belum dibuka, jadi memang disimpan dan benar-benar disimpan dengan proses yang bener ya bisa sampai 2 tahun," ungkap dia.

Jika produk telah dibuka, menurut dia keripik buah miliknya bisa tahan hingga beberapa hari bahkan hingga seminggu atau dua minggu.

"Cuma yang jadi challenge-nya adalah enggak kriuk, melempem kayak kerupuk karena ini musuh utamanya itu udara," ungkap Edo.

80 Persen Diekspor ke Luar Negeri

Kepada kumparanFOOD, Edo juga mengatakan bahwa saat ini sekitar 80 persen pasar produknya berada di luar negeri. Keripik buah miliknya saat ini diekspor ke Kanada hingga Amerika Serikat.

"Kanada dan AS, terus ini lagi penjajakan ke Malaysia, Singapura, Australia, sama Timur Tengah, 20 persennya lokal," kata dia.

Salah satu alasan kenapa produk keripik kentang miliknya lebih diminati di luar negeri adalah karena pembeli di luar negeri menjadikannya sebagai daily snack. Berbeda dengan di dalam negeri, keripik buah tersebut biasanya hanya dijadikan sebagai oleh-oleh.

Ilustrasi keripik kentang. Foto: Thinkstock
Ilustrasi keripik kentang. Foto: Thinkstock

Meski bahan-bahan yang digunakan adalah bahan 'reject' dari petani, Edo, menegaskan bahwa buah yang dipakai adalah buah segar, bukan buah yang tak layak.

"Jadi, reject di sini bukan buah busuk karena kalau standar ekspor itu sudah tidak masuk. Reject dalam artian kata di sini adalah secara ukuran tidak masuk ke sortir, secara bentuk enggak perfect-lah contoh kayak salak itu kan ada tiga ya bijinya, kalau ada anakannya satu atau dua, anakannya itu retail enggak mau nah kita ambil yang anakannya yang enggak masuk retail lah," ujar dia.

"Nangka pun seperti itu, apel pun kita ambil apel yang kecil pisang pun kita ambil pisang kalau di cavendish itu kalau ada bintik hitamnya enggak boleh nah itu yang coba kita proses," lanjutnya.

Untuk proses pengolahannya sendiri, Edo mengatakan bahwa ia memilik rumah produksi di mana proses pembuatannya melewati beberapa tahap.

"Pertama-tama buah datang dari petani, kita sortir, habis kita sortir dikupas, setelah dikupas dicuci lalu masuk ke freezer untuk dibekukan," kata dia.

Nah, setelah dibekukan, proses selanjutnya adalah memasukannya ke dalam mesin vacum frying yang kemudian diproses selama tiga jam. Barulah setelah itu produknya jadi keripik buah.

Adakah Manfaat Makan Keripik Buah?

Pertanyaannya, apakah keripik buah ini memiliki manfaat kesehatan yang sama seperti buah aslinya? Edo mengatakan ada beberapa testimoni yang datang dari para pembelinya.

"Kemarin ada orang yang coba 1 minggu makan satu bungkus dan ternyata dari segi BAB, dia lebih lanjar. Ada juga ibu-ibu ngomong ini saya makan selama beberapa hari BAB-nya lancar. Saya enggak pernah ngeklaim tapi secara nutrisi dia enggak jauh dari buah asli. Sekitar 15 persenlah bedanya," ungkap Edo.

Bagi kamu yang tertarik mencoba keripik ini, Edo mengatakan bahwa kamu bisa membelinya di berbagai e-commerce.

https://kumparan.com/kumparanfood/cerita-pemilik-keripik-buah-sehat-bangun-dari-nol-sampai-ekspor-ke-kanada-as-224zh4uX8Hu

What's your reaction?

Comments

https://www.hitabatak.com/assets/images/user-avatar-s.jpg

0 comment

Write the first comment for this!

Facebook Conversations