Geliat Ibu-ibu Penajam Paser Utara Budidaya Jamur Tiram di 'Apartemen'
Ibu-ibu KWT Dahlia di Penajam Paser Utara, Kaltim, budidayakan jamur tiram di apartemen jamur. Seperti apa bentuknya? #bisnisupdate #update #bisnis #text
Apartemen Jamur program Semur Cendawan oleh tim CSR Pertamina Hulu Kalimantan Timur. Foto: Nabila Ulfa/kumparan
Apartemen Jamur program Semur Cendawan oleh tim CSR Pertamina Hulu Kalimantan Timur. Foto: Nabila Ulfa/kumparan

Misem bersandar di depan pintu Apartemen Jamur yang teduh. Siang itu, dia dan ibu-ibu kelompok tani baru menyambut tamu dengan suguhan es kelapa muda dan kebab jamur. Tak lupa, cemilan dari olahan jamur juga tersedia di meja.

Yang terakhir disebutkan itu merupakan produk olahan jamur tiram yang mereka budidayakan di pekarangan kebun. Jenis jamur yang biasa jadi snek krispi tersebut tumbuh dari media tanam yang agak berbeda dari biasanya: menggunakan serbuk kayu sisa pabrik, sehingga ramah lingkungan.

Kegiatan budidaya jamur menjadi corong bangkitnya ibu-ibu di Kelurahan Waru, Kecamatan Waru, Kabupaten Penajam Paser Utara. Mereka tergabung dalam KWT (Kelompok Wanita Tani) Dahlia.

Kegiatan Baru bagi Ibu-ibu

Anggota KWT Dahlia tengah membuka tutup plastik baglog untuk menunjang tumbuhnya buah jamur. Foto: Nabila Ulfa/kumparan
Anggota KWT Dahlia tengah membuka tutup plastik baglog untuk menunjang tumbuhnya buah jamur. Foto: Nabila Ulfa/kumparan

Misem, Ketua KWT Dahlia, menjelaskan kelompok ibu-ibu sempat mati dalam waktu yang lama. Tak ada kegiatan lain selain ngumpul dan arisan. Belum lagi ada yang mangkir karena kesibukan rumah tangga. Nah, budidaya ini selain membantu secara ekonomis, juga memberikan kesibukan pada warga.

Proses produksi jamur mulanya dijalankan Kelompok Bintang Jamur binaan Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT). Ketua Kelompok Bintang Jamur yang juga suami Misem, Abdul Wahab, mengaku sudah menjalankan produksi jamur dengan cara konvensional. PHKT lalu membina melalui program Semur Cendawan (Semai Jamur dengan Cerdas dan Berwawasan Pangan) sejak awal 2022.

Salah satu inovasinya adalah memproduksi jamur dengan memanfaatkan limbah serbuk gergaji kayu dari usaha setempat serta inovasi alat dari limbah non-B3 dari PHKT, yakni Sterilisasi Media Jamur dalam Bejana (SEMENJANA). Selain membina Kelompok Bintang Jamur, PHKT juga memberdayakan ibu-ibu dalam KWT Dahlia.

Misem (depan tengah) bersama ibu-ibu KWT Dahlia di depan Apartemen Jamur. Foto: Nabila Ulfa/kumparan
Misem (depan tengah) bersama ibu-ibu KWT Dahlia di depan Apartemen Jamur. Foto: Nabila Ulfa/kumparan

“Sebelum ada fasilitas dari PHKT, manual kami. Pertama pakai cangkul ngaduknya, walaupun ibu-ibu ya kita pakai cangkul sampai kakinya ngeker-ngeker,” kata Misem, Rabu (15/11) lalu.

Misem beserta anggota KWT sehari-harinya membuat isi baglog, yakni media tanam campuran dari serbuk gergaji, katul atau bahan makanan tambahan, kapur (CaCO3) untuk pengaturan pH media tanam, serta air. Serbuk kayunya pun tak sembarang; dipilih yang tidak keras seperti kayu ulin. KWT Dahlia sering menerima tamu yang ingin belajar membuat apartemen jamur dari luar kota.

Setiap hari ada saja yang dikerjakan. Saat sedang ada banyak pesanan baglog dari tempat budidaya lain, KWT Dahlia mengerjakannya sesuai target. Jumlahnya bisa ribuan.

Alat mencampur bahan baglog yang diberikan tim CSR Pertamina Hulu Kalimantan Timur. Foto: Nabila Ulfa/kumparan
Alat mencampur bahan baglog yang diberikan tim CSR Pertamina Hulu Kalimantan Timur. Foto: Nabila Ulfa/kumparan

“Dari jam 8 pagi kadang sampai jam 6 sore hari. Kalau pas kejar target, kadang-kadang ibu-ibu kalau punya kegiatan hari ini kejar target, supaya 5.000 ini selesai 3 hari berdua nih. Itu dia sampai jam 6. Kadang terlewatnya cuma kalau mereka ada anak kegiatan sekolahnya, antar pramuka, dan lain-lain,” jelas Misem.

Selain itu, Misem dan timnya juga melakukan perawatan harian. Misalnya, menyemprot air, membersihkan kumbung (apartemen), hingga melepas kapas penutup plastik saat miselium mulai jadi badan buah jamur.

Nah, baglog-baglog ini ditampung di ‘apartemen’ yang teduh supaya jamur bisa tumbuh dengan baik. Apartemen jamur yang dikelola KWT Dahlia kini bisa memproduksi lebih dari cara konvensional berkat alat bantuan PHKT. Dari total 10 ribu baglog yang mampu ditampung apartemen, setiap hari bisa panen sebanyak 2 kali.

Bagian buah jamur tiram yang sudah tumbuh menembus kapas. Foto: Nabila Ulfa/kumparan
Bagian buah jamur tiram yang sudah tumbuh menembus kapas. Foto: Nabila Ulfa/kumparan

Jamur-jamur yang sudah dipanen lalu dikemas dan dijual di pasar setempat. Nilainya pun fantastis. Satu kilogram (kg) jamur tiram bisa mencapai Rp 50 ribu, bahkan menyaingi harga ayam potong. Hal ini lantaran wilayah Kalimantan Timur bukan merupakan daerah penghasil jamur tiram. Salah satu alasannya, cuaca sangat panas sehingga jamur sulit tumbuh.

“Sebelum peningkatan ini ya paling sehari kan 4 kg, 3 kg gitu ya. Harga jualnya masih sama sih, Rp 40 ribuan, tapi kalau sekarang itu kita sehari itu bisa 10 kg lah,” ujar Misem.

Bicara soal keuntungan, Misem mengaku kelompoknya kini masih menggunakan sebagian besar penghasilan untuk modal pengembangan apartemen jamur. Setiap anggota tetap bisa menikmati hasil kerja kerasnya, namun belum begitu banyak.

“Enggak boleh banyak-banyak ambilnya, baru Rp 500 ribu itu maksimal,” imbuh Misem.

Peluang Besar

Apartemen Jamur program Semur Cendawan oleh tim CSR Pertamina Hulu Kalimantan Timur. Foto: Nabila Ulfa/kumparan
Apartemen Jamur program Semur Cendawan oleh tim CSR Pertamina Hulu Kalimantan Timur. Foto: Nabila Ulfa/kumparan

Minimnya produksi jamur tiram di Kaltim memang jadi sorotan Pertamina Hulu Kalimantan Timur. Manager Kalimantan Field PHKT Suwantono Widji menjelaskan untuk memenuhi kebutuhan pasar yang masih terbuka lebar, kelompok binaan menjalankan budidaya jamur secara komunal dengan sistem optimalisasi lahan serta menjadi tempat pembelajaran kolektif.

“Penerapan model bisnis inti plusma dalam program ini merupakan satu-satunya di wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara,” ujarnya.

Sementara menurut Wahab sebelum ada inovasi PHKT, produksi jamur secara konvensional berdampak pada biaya produksi yang tinggi. Selain itu, mereka saat itu belum mampu membuat bibit mandiri.

“PHKT telah merubah sistem budidaya jamur yang konvensional menjadi budidaya jamur dengan produktivitas tinggi melalui penggunaan teknologi tepat guna sederhana sehingga mudah diaplikasikan dan diikuti,” ungkap Wahab.

Abdul Wahab bersama jamur yang siap panen. Foto: Nabila Ulfa/kumparan
Abdul Wahab bersama jamur yang siap panen. Foto: Nabila Ulfa/kumparan

Menurutnya, PHKT turut berperan mengaktifkan kembali KWT Dahlia yang sebelumnya memiliki keterbatasan akses terhadap kegiatan pertanian. Namun kini ibu-ibu KWT telah memiliki sumber pendapatan untuk keluarga dari budidaya jamur yang juga menjadi solusi untuk intensifikasi lahan pekarangan agar menjadi produktif.

“Budidaya jamur ini pun mampu menyelesaikan permasalahan limbah serbuk kayu yang ada di Kelurahan Waru, dengan demikian budidaya jamur dapat menjadi solusi atas beberapa permasalahan sekaligus, serta menjadi pendorong kesejahteraan petani melalui penambahan sumber pendapatan baru dari budidaya jamur,” tutup Suwantono.

https://kumparan.com/kumparanbisnis/geliat-ibu-ibu-penajam-paser-utara-budidaya-jamur-tiram-di-apartemen-21cEEc8eAty

What's your reaction?

Comments

https://www.hitabatak.com/assets/images/user-avatar-s.jpg

0 comment

Write the first comment for this!

Facebook Conversations