Gempa Megathrust 8,7 M di Selatan Yogya Disebut Hanya Potensi, Bukan Prediksi
Oleh Pandangan Jogja
Ilustrasi Gempa Bumi, Foto: Shutterstock
Ilustrasi Gempa Bumi, Foto: Shutterstock

Wilayah pesisir selatan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) berada pada zona megathrust yang berpotensi mengalami kejadian gempa dengan kekuatan hingga 8,7 magnitudo dan berpotensi tsunami.

Zona megathrust ini terjadi karena adanya pertemuan lempeng IndoAustralia dan Eurasia yang membentang dari barat Sumatra hingga Pulau Timor.

Staf Data Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) DIY, Ayu K Ekarsti, menjelaskan bahwa zona megathrust ini merupakan patahan dalam laut yang bergerak naik (thrust) dan dikatakan mega karena besar dan membentuk segmen-segmen.

“Ada dua segmen yang berada di area DIY. Berdasarkan pemodelan PusGen 2017 dalam buku Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia menyebutkan jika terjadi gempa pada dua segmen ini, bisa mengakibatkan gempa berkekuatan 8,7 dan memicu terjadinya tsunami,” kata Ayu K Ekarsti seperti dikutip dari keterangan resmi Pemda DIY, Rabu (16/8).

Wisatawan mengamati ombak tinggi di kawasan wisata Pantai Glagah, Temon, Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Jumat (20/7). (Foto: ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko)
Wisatawan mengamati ombak tinggi di kawasan wisata Pantai Glagah, Temon, Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Jumat (20/7). (Foto: ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko)

Ayu menjelaskan, gempa pada bentangan sesar ini mampu memicu tsunami dikarenakan pergerakan patahan lempeng yang bergerak ke atas. Mekanisme pergerakan inilah yang bisa memicu Tsunami. Hasil pemodelan BMKG DIY, tsunami yang ditimbulkan berdasarkan skenario terburuk M 8.8 bisa mencapai 18-22 meter, dengan waktu tiba sampai di pesisir selatan paling cepat 34 menit.

“Tapi yang namanya gempa, meski memiliki periode berulang, lokasinya bisa berpindah-pindah, tergantung akumulasi energi yang ada. Dan kami menyampaikan potensi ini bukan untuk menakut-nakuti masyarakat. Justru kami ingin mengedukasi, memberikan mitigasi dan kesiapsiagaan,” paparnya.

Ayu juga meminta kepada masyarakat supaya tidak panik atas informasi yang beredar. Potensi bencana ini justru harus meningkatkan kewaspadaan. Tinggal di daerah berpotensi bencana, menurutnya mesti membuat masyarakat memiliki respons akan kesiapsiagaan yang baik dan terus melakukan peningkatan kapasitas, terutama evakuasi mandiri.

“Silakan beraktivitas seperti biasa dan jangan percaya hoaks. Tidak perlu juga takut berkunjung ke laut. Kita bisa contoh Jepang, potensi di sana jauh lebih besar, tapi wisata tetap berjalan dan masyarakatnya beraktivitas seperti biasa,” imbuhnya.

Plt Kepala Pelaksana BPBD DIY, Noviar Rahmad, di Pemkab Sleman, Kamis (25/5). Dok: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Plt Kepala Pelaksana BPBD DIY, Noviar Rahmad, di Pemkab Sleman, Kamis (25/5). Dok: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan

Sementara itu, Plt Kepala Pelaksana BPBD DIY, Noviar Rahmad menegaskan, informasi BMKG yang menyatakan sisi selatan DIY berpotensi terjadi megathrust hingga magnitudo 8,7 dan bisa menimbulkan tsunami setinggi lebih dari tiga meter, hanyalah potensi.

Menurutnya, bencana alam seperti gempa tetaplah menjadi bencana yang tidak bisa dipastikan kapan terjadinya.

“Yang disampaikan BMKG itu potensi, baru hasil kajian, bukan prediksi, karena tidak ada yang bisa memastikan kapan itu akan terjadi. Apa besok, atau tahun depan, 10 tahun lagi, 20 tahun lagi, atau 30 tahun lagi. Memang dari hasil kajian, ada siklus 100 tahunan yang maju mundurnya bisa terjadi di tahun 2023, tapi tetap tidak dipastikan,” ungkapnya.

Dikatakan Noviar, selama ini DIY juga sering mengalami gempa-gempa kecil. Hal ini tentu baik karena membuat lempengan tektonik dapat mengeluarkan energi sedikit demi sedikit, sehingga potensi gempa dengan kekuatan besar semakin berkurang. Untuk itu, ia mengimbau masyarakat, termasuk para wisatawan untuk tidak perlu panik, namun tetap harus waspada.

“Masyarakat tidak perlu takut, tidak perlu panik, dan para wisatawan tidak perlu mengurungkan niat datang ke Jogja. Sekali lagi ini potensi, bukan prediksi. Soal kewaspadaan tentu semua harus waspada, bahkan setiap saat. Karena yang punya potensi megathrust tidak hanya selatan Jawa, tapi juga barat Sumatera dan selatan Papua,” jelasnya.

Ilustrasi wisatawan di Pantai Parangtritis, Bantul. Foto: Hendra Nurdiyansyah/Antara Foto
Ilustrasi wisatawan di Pantai Parangtritis, Bantul. Foto: Hendra Nurdiyansyah/Antara Foto

Plt. Kepala Dinas Pariwisata DIY, Kurniawan mengatakan, sampai saat ini kondisi berbagai destinasi wisata di sisi selatan DIY masih dalam kondisi aman. Masyarakat maupun wisatawan pun diharapkan tidak bereaksi berlebihan dengan potensi megathrust.

“Berwisata di DIY, termasuk di sisi selatan masih tergolong aman. Namun kami tentu mengimbau masyarakat yang tinggal atau kesehariannya beraktivitas dekat dengan pantai selatan harus selalu waspada, begitu juga dengan wisatawan yang datang,” ungkapnya.

Kurniawan menambahkan, para pelaku wisata pun telah dibekali pengetahuan terkait mitigasi bencana dengan baik sehingga lebih tangguh bencana. Selain itu, diharapkan semua pihak bisa mematuhi peringatan yang ada di tiap destinasi wisata dan mau mengikuti instruksi keselamatan dari pihak berwenang.

https://kumparan.com/pandangan-jogja/gempa-megathrust-8-7-m-di-selatan-yogya-disebut-hanya-potensi-bukan-prediksi-210t9SVLnO6

What's your reaction?

Comments

https://www.hitabatak.com/assets/images/user-avatar-s.jpg

0 comment

Write the first comment for this!

Facebook Conversations