Harga Beras Masih Tinggi, Banjir di Demak-Brebes Bikin Produksi Turun
Banjir bandang yang melanda Kabupaten Grobogan, Demak, dan Brebes berpotensi menurunkan produktivitas beras di Jawa Tengah. #bisnisupdate #update #bisnis #text
Seorang petani memeriksa tanaman padi di lahan persawahan miliknya setelah terendam banjir lebih dari sepuluh hari di Desa Cangkring B Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Jumat (23/2/2024). Foto: Aji Styawan/ANTARA FOTO
Seorang petani memeriksa tanaman padi di lahan persawahan miliknya setelah terendam banjir lebih dari sepuluh hari di Desa Cangkring B Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Jumat (23/2/2024). Foto: Aji Styawan/ANTARA FOTO

Banjir bandang yang melanda Kabupaten Grobogan, Demak, dan Brebes berpotensi menurunkan produktivitas beras di Jawa Tengah (Jateng). Sebab, 3 wilayah tersebut merupakan sentra penghasil beras di Jateng.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan (Dishanpan) Jawa Tengah Dyah Lukisari mengatakan, dari ketiga daerah tersebut, banjir yang terjadi di Demak dan Grobogan yang paling memiliki efek terhadap penurunan produktivitas beras.

"Yang kemarin banjir di Grobogan dan Demak memang tanaman padinya di umur-umur jelang panen. Kalau Demak karena agak lama kejadiannya bisa jadi puso. Maka dampak produksi pasti ada karena produktivitasnya turun. Kalau yang Brebes enggak separah Demak karena cepat surutnya," ujar Dyah saat dihubungi wartawan, Jumat (1/3).

Meski begitu, ia belum bisa menyebut berapa penurunan produksi beras di 3 tempat tersebut. Luasan hektare lahan persawahan yang terendam banjir masih dihitung.

"Cuma pastinya kalau produksi turun atau berkurang tentunya mempengaruhi ketersediaan pangan di Jawa Tengah," jelas dia.

Sejauh ini, lanjut dia, untuk mencukupi kebutuhan pangan masyarakat tidak hanya mengandalkan produk pertanian asal Jawa Tengah saja. Untuk menutupi kekurangan, pihaknya juga kerap melibatkan pemain beras untuk mencari pasokan ke daerah lainnya

"Pelaku beras seringnya berburu atau ambil ke daerah lain yang sudah panen. Kalaupun misalnya ada pengurangan produksi, pelaku bisnis ini mencari barang ke lintas batas produksi. Maka dampaknya di wilayah kita tidak signifikan," ungkap Dyah.

Hal senada juga dikatakan, Pemimpin Wilayah Bulog Jateng Akhmad Kholisun. Ia mengatakan, banjir bandang yang melanda tiga kabupaten itu tetap mempengaruhi ketersediaan beras bagi masyarakat.

"Pengaruhnya (produksi beras) pasti ada dan sangat terasa. Karena kan produksi beras juga dihasilkan dari sana (Grogan, Demak dan Brebes). Apalagi saat banjir tanaman padinya sudah menjelang panen," kata Akhmad.

Sementara itu, pantauan kumparan di sejumlah pasar tradisional di Semarang, harga beras masih belum memgalami penurunan atau masih tinggi.

Di pasar Bulu Semarang, di kios milik pedagang bernama Siti harga beras medium Rp 16 ribu per, sebelum kenaikan harga yaitu Rp 12 ribu per kilogram. Kemudian premium dari Rp 15 ribu, sekarang Rp 17 ribu.

Kemudian di toko pedagang Saliyem, beras C4 yang biasanya dijual dengan harga Rp 12.500 kini dijual Rp 14 ribu per kilogram. Kemudian ada beras Koi dari harga Rp 15 ribu jadi Rp 17 ribu di distributor.

Kondisi yang sama juga terjadi di Pasar Peterongan Kota Semarang, salah satu pedagang, Nurhayati menyebut harga beras Mentik Wangi dari Rp 16.500 menjadi Rp 17.500 per kilogram. Kemudian beras C4 super dari Rp 15 ribu jadi Rp 16 ribu per kilogram.

https://kumparan.com/kumparanbisnis/harga-beras-masih-tinggi-banjir-di-demak-brebes-bikin-produksi-turun-22GZ9n1ji6u

What's your reaction?

Comments

https://www.hitabatak.com/assets/images/user-avatar-s.jpg

0 comment

Write the first comment for this!

Facebook Conversations