Kecanduan Belanja Barang Mewah, Perempuan Inggris Terlilit Utang 8 Kartu Kredit
Perempuan di Inggris bernama Sarah Bartlett terlilit cicilan delapan kartu kredit dengan utang sebesar Rp 230 juta karena kecanduan belanja barang mewah. #womensupdate #update #woman #text
Sarah Bartlett. Foto: Instagram/a_single_gal_budgets
Sarah Bartlett. Foto: Instagram/a_single_gal_budgets

Era media sosial membuat banyak orang berlomba-lomba untuk menjadi tenar, sekalipun hal tersebut dilakukan dengan cara yang merugikan. Kerugian itu dirasakan langsung oleh seorang perempuan asal Bristol, Inggris, bernama Sarah Bartlett. Ia mengungkap, dirinya sempat terlilit utang cicilan dari delapan kartu kredit.

Dilansir New York Post, Sarah mengatakan bahwa ia kecanduan berbelanja. Keinginan untuk tampil dengan sempurna dalam foto-foto di Instagram membuat perempuan berusia 37 tahun itu keranjingan berbelanja.

Ia senang memiliki tas-tas mewah desainer, baju-baju yang trendi, lilin-lilin mahal, hingga smartphone mahal terbaru. Sarah juga menikmati jamuan makan mewah di restoran-restoran mahal dan menonton pertunjukan teater.

“Saya merupakan orang yang senang menghamburkan uang. Saya menyukai hal-hal yang berkilau, barang-barang baru. Saya menyukai hal-hal yang mewah dan saya mungkin tidak memiliki kondisi keuangan yang cukup untuk menikmatinya, tetapi saya juga tidak ingin pengalaman tersebut berakhir,” ungkap Sarah, sebagaimana dikutip dari New York Post.

Kondisi keuangan Sarah menjadi kacau usai ia membeli mobil baru pada 2015 lalu, usai ia naik jabatan di kantor. Dikutip dari Daily Mail, Sarah membeli mobil tersebut menggunakan kartu kredit dengan bunga 0 persen. Sembari membayar cicilan mobil, Sarah juga menggunakan banyak kartu kredit miliknya untuk mempertahankan gaya hidup mewah.

“Saya mengambil cicilan kartu kredit dengan layanan transfer uang dan 11 ribu poundsterling (Rp 211 juta) masuk ke rekening saya dan saya menggunakan uangnya untuk membayar cicilan mobil. Saya kemudian membayar cicilan kartu kredit tersebut menggunakan cicilan lainnya dan saya terus mengikuti penawaran bunga 0 persen yang bisa saya dapatkan,” ucap Sarah, dilansir Daily Mail.

“Rasanya saya membayar cicilan mobil saya. Saya berhasil membayarnya, tetapi kemudian saya membeli barang lainnya. Jadi, ini berubah ke dalam siklus yang berputar dan utangnya mencapai 12 ribu poundsterling (Rp 230 juta),” tambahnya.

Ilustrasi perempuan kesulitan mengelola keuangan. Foto: Shutterstock
Ilustrasi perempuan kesulitan mengelola keuangan. Foto: Shutterstock

Pemasukan bulanan Sarah tidak sebanding dengan gaya hidupnya yang mewah. Enam tahun terus bergantung pada kartu kredit menyebabkan utang Sarah menggunung hingga mencapai Rp 230 juta dalam delapan kartu kredit berbeda. Ia juga tak pernah melacak pengeluarannya dan sangat ceroboh dengan keuangan.

“Saya tidak terlalu sabar ketika saya menginginkan sesuatu. Saya tahu, saya akan menerima gaji. Jadi, jika saya menginginkan sesuatu dan saat itu masih tengah bulan, saya bisa mengeluarkan uang karena saya akan menerima gaji dalam beberapa minggu,” ucap Sarah, dilansir Daily Mail.

Lockdown COVID-19 membuat Sarah semakin gila belanja. Saat itu, ia tinggal di apartemen studio dan terus membeli barang baru supaya dirinya tidak merasa terputus dari dunia.

“Tinggal, tidur, makan, dan kerja, di satu ruangan yang sama sangatlah berat. Menerima barang dari luar terasa seperti koneksi dengan dunia luar. Perasaan mengantisipasi paket datang terkadang terasa lebih menyenangkan ketimbang rasa memiliki barang di dalamnya,” kata dia.

Sarah baru menyadari kondisi keuangannya sangat buruk usai utang hipoteknya bertambah dua kali lipat pada 2021. Saat itu, Sarah masih mengeluarkan 500 poundsterling (Rp 9,5 juta) lebih banyak ketimbang penghasilannya.

Usai tersadarkan, Sarah akhirnya melakukan perencanaan anggaran dan menghadiri sesi konseling untuk mengatasi kecanduan berbelanja yang ia alami. Di tahun pertama prosesnya, Sarah terus memantau pengeluarannya dan menyusun anggaran. Ia juga mencari tahu berapa banyak uang yang ia keluarkan berlebih tiap bulannya.

Sarah mulai menyusun anggaran dengan uang tunai. Ia hanya membeli makanan atau makan di luar dengan menggunakan uang tunai. Sarah juga melakukan sistem anggaran zero-based, di mana ia akan mengalokasikan setiap sen yang ia terima.

Berkat tekadnya untuk berubah, Sarah berhasil membayar sebagian besar utangnya dalam kurun waktu 22 bulan. Kini, Sarah sisa utang yang harus dia bayarkan hanya 500 poundsterling (Rp 9,5 juta).

“Saya ingin sekali sekolah-sekolah mengajarkan anak-anak soal utang. Anda bisa jatuh ke dalam jurang utang piutang dengan cepat. Saya rasa, orang-orang seperti Martin Lewis sangat hebat karena bisa menyebarkan pengetahuan soal ini. Namun, di sekolah, kenapa kami tidak diajarkan soal bagaimana mengatur anggaran atau bunga?” tutup Sarah.

https://kumparan.com/kumparanwoman/kecanduan-belanja-barang-mewah-perempuan-inggris-terlilit-utang-8-kartu-kredit-21Z0OffQNF9

What's your reaction?

Comments

https://www.hitabatak.com/assets/images/user-avatar-s.jpg

0 comment

Write the first comment for this!

Facebook Conversations