Kisah 3 Perempuan RI Lebaran di Luar Negeri: Rindunya Idul Fitri di Tanah Air
Begini kerinduan Gigi, Allisa, dan Ratu akan Lebaran di Tanah Air, usai memilih untuk tak pulang ke Indonesia di momen Idul Fitri. #womensupdate #update #woman #text
Ilustrasi silaturahmi bersama keluarga atau orang tua di hari Lebaran atau Idul Fitri. Foto: Odua Images/Shutterstock
Ilustrasi silaturahmi bersama keluarga atau orang tua di hari Lebaran atau Idul Fitri. Foto: Odua Images/Shutterstock

Idul Fitri jadi hari yang paling dinanti-nanti umat Islam seluruh dunia. Tiap negara punya cara tersendiri untuk merayakan hari kemenangan itu. Namun, ada satu tradisi Lebaran yang lekat dengan masyarakat muslim dunia, termasuk Indonesia: Berkumpul dengan keluarga dan orang tersayang.

Tak jarang, keadaan memaksa seseorang untuk menjalani Lebaran di luar negeri. Jauh dari keluarga, suasana dan tradisi yang berbeda pada akhirnya mengundang kerinduan di hati mereka. Inilah yang dirasakan oleh Gigi, Allisa, dan Ratu, tiga perempuan Indonesia yang tahun ini melewati Lebaran di negara orang.

Gigi adalah perempuan berusia 28 tahun yang saat ini bekerja di perusahaan bidang teknologi di Kuala Lumpur. Ini bukan tahun pertama Gigi menjalani Lebaran di Malaysia, mengingat dirinya sudah lima tahun menetap di sana. Namun, bertahun-tahun berlebaran di negeri orang menumpuk kerinduan Gigi akan tradisi berkumpul dengan keluarga.

“Aku pengin banget kumpul sama keluarga intiku: Mama, Papa, dan adikku. Cuma, orang tuaku mengerti banget dan enggak mempermasalahkan itu, karena seminggu setelah Lebaran, mereka yang akan ke sini dan kita tetap bisa merayakan Lebaran bareng,” ungkap Gigi ketika diwawancarai kumparanWOMAN beberapa waktu lalu.

Ilustrasi keluarga merayakan lebaran dengan video call. Foto: Shutter Stock
Ilustrasi keluarga merayakan lebaran dengan video call. Foto: Shutter Stock

Gigi menebus rasa rindu lewat sambungan telepon video bersama keluarga intinya, usai mereka pulang dari masjid. Bermaaf-maafan dan mengobrol menjadi agenda utama pertemuan virtual itu. Setelah itu, mereka kembali ke aktivitas masing-masing dan Gigi kembali bekerja seperti biasa.

Meski begitu, Gigi tidak selalu rindu dengan tradisi Lebaran di Indonesia. Berkumpul dengan keluarga inti memang menyenangkan, tetapi tidak dengan halal bihalal bersama keluarga besar. Salah satu alasan Gigi memilih tidak pulang ke Tanah Air adalah karena ia lelah menerima pertanyaan “menakutkan” bagi banyak perempuan: “Kapan nikah?”

“Jujur, aku menghindari keluarga besar—karena keluargaku besar banget—untuk pertanyaan seputar menikah. Aku sebenernya enggak merasa tertekan dengan konsep menikah, karena lingkunganku di Kuala Lumpur memang mayoritas career woman yang masih lajang di usia 30 ke atas. Tapi, aku risih saja kalau jadi pusat perhatian di acara keluarga. Yang sering lontar pertanyaan seputar menikah itu dari tante-tanteku,” jelas Gigi.

Berkumpul dengan mereka yang seperjuangan

Ratu, mahasiswi Masters of Law di University of Melbourne Australia, tak pulang ke Indonesia dan berlebaran di Negeri Kanguru. Foto: Dok. Pribadi
Ratu, mahasiswi Masters of Law di University of Melbourne Australia, tak pulang ke Indonesia dan berlebaran di Negeri Kanguru. Foto: Dok. Pribadi

Ketika kerinduan akan Lebaran di Tanah Air memuncak, satu jalan yang bisa ditempuh adalah mencari alternatif yang meringankan hati. Ratu, seorang mahasiswi magister di University of Melbourne, Australia, mencoba melepas kangennya dengan berkumpul bersama komunitas muslim di Negeri Kanguru.

Ratu bercerita, ia dan teman-teman muslim di Melbourne menggelar halal bihalal yang serupa dengan tradisi di Indonesia. Ini meliputi masak-masak, bermain games, sampai tukar kado.

“Inisiatif untuk bikin halal bihalal itu, sih, sebenarnya yang bikin biar kerasa kayak berkunjung ke rumah saudara. Masak-masak, lalu ada games, kasih hadiah habis games… mungkin kalau di beberapa keluarga hadiahnya kayak uang THR, di sini kita buat juga bersama teman-teman,” papar perempuan berusia 23 tahun ini.

Ratu berkumpul bersama komunitas muslim di Melbourne selama Ramadan dan menyongsong Idul Fitri. Foto: Dok. Pribadi
Ratu berkumpul bersama komunitas muslim di Melbourne selama Ramadan dan menyongsong Idul Fitri. Foto: Dok. Pribadi

Ini merupakan kali pertama Ratu menjalani Lebaran di luar negeri. Mahasiswi program studi magister Hukum ini tidak bisa kembali ke Tanah Air karena harus mengikuti kelas luring yang berlangsung tepat pada pekan Lebaran. Perasaan sedih karena harus jauh dari keluarga, tentu ada.

Ketika ditanya apa yang akan sangat ia rindukan dari tradisi Idul Fitri di Indonesia, Ratu dengan mantap menjawab: Sungkeman.

“Momen sungkeman. Kalau Lebaran, biasanya setelah pulang salat Id, ada momen sungkeman sama orang tua, mungkin dengan tetua-tetua lainnya di keluarga,” ucap Ratu.

Sayangnya, sungkeman menjadi salah satu kerinduan yang tak bisa Ratu replikasi di Australia. Tidak ada tetua dan orang tua yang bisa ia sungkemi, Ratu harus puas dengan momen selebrasi hangat dan kebersamaan dengan teman-teman muslim seperjuangannya. Namun, berkumpul dengan teman-temannya tetap sukses menceriakan hati Ratu di Hari Raya.

Ratu ketika menjalani salat Id di Melbourne, Australia. Foto: Dok. Pribadi
Ratu ketika menjalani salat Id di Melbourne, Australia. Foto: Dok. Pribadi

Rindu hangatnya makan-makan bersama

Allisa (27), seorang mahasiswi magister di University of Bamberg, Jerman, juga memuaskan kerinduannya lewat berkumpul dengan sesama orang Indonesia. Baik yang merayakan Idul Fitri maupun yang tidak, mereka berkumpul untuk merasakan hangatnya selebrasi Lebaran di Jerman yang dingin.

“Kita saling membawa makanan masing-masing. Ada yang masak makanan Indonesia. Ada yang kalau malas masak, ya, sudah, beli makanan yang simpel dan mudah. Tapi, yang penting, sih, kumpul-kumpulnya,” ucap Allisa, yang tak kembali ke Indonesia karena studi dan pekerjaannya.

Berlebaran di Jerman menghilangkan satu hal yang paling dirindukannya, yakni makan-makan bersama keluarga. Itulah mengapa, untuk berkompromi dengan perasaannya, ia juga berencana mengikuti acara halal bihalal yang diselenggarakan di Kedutaan Besar RI (KBRI) Berlin.

“Pasti ada banget yang dikangenin sama suasana Lebaran di Indonesia. Yang paling utama adalah tradisi kumpul-kumpul sama keluarga saat Lebaran. Karena itu tradisi yang tiap tahun kita lakukan. Tentunya makan-makannya juga, ya, makan-makan di momen Idul Fitri itu selalu ada di setiap keluarga dan itu sangat hilang rasanya gitu di sini,” ungkap Allisa.

https://kumparan.com/kumparanwoman/kisah-3-perempuan-ri-lebaran-di-luar-negeri-rindunya-idul-fitri-di-tanah-air-22Wj225brF7

What's your reaction?

Comments

https://www.hitabatak.com/assets/images/user-avatar-s.jpg

0 comment

Write the first comment for this!

Facebook Conversations