Konektivitas Vokasi untuk Pembangunan
Oleh Fathin Robbani Sukmana
Ilustrasi jurusan kuliah. Foto: Oil and Gas Photographer/Shutterstock.
Ilustrasi jurusan kuliah. Foto: Oil and Gas Photographer/Shutterstock.

Beberapa hari terakhir, diskusi tentang pembangunan di beberapa daerah sempat tersendat diakibatkan oleh berkembangnya dunia industri yang pesat namun tidak diikuti dengan perkembangan sumber daya manusia yang ada karena dunia pendidikan belum menyelaraskan tujuannya.

Contoh yang saya temukan misalnya dunia industri kekurangan SDM karena “menumpuknya” lulusan sarjana namun tidak relevan dengan apa yang dibutuhkan dunia industri. Lagi-lagi tidak adanya konektivitas dan ekosistem antara dunia pendidikan, pemerintah daerah dan dunia usaha maupun dunia industri.

Saat ini semua berjalan masing-masing, dunia pendidikan memiliki goals tersendiri, pemerintah daerah maupun dunia industri pun sama. Tentunya ini yang mengakibatkan pengangguran yang meningkat dan juga produktivitas dunia industri belum menguat sehingga dampak besarnya adalah pembangunan yang terhambat.

Tantangan Dunia Vokasi

Semenjak merdeka belajar muncul, dunia pendidikan vokasi cukup diperhatikan. Misalnya, dengan adanya merdeka belajar episode 8 yang menjadikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menjadi pusat keunggulan.

Semenjak munculnya merdeka belajar kedelapan, SMK difokuskan untuk bisa menghasilkan lulusan yang terserap di dunia usaha dan dunia industri dengan cara menyelaraskan pendidikan vokasi sebagai peningkatan kualitas SDM yang disalurkan dengan dunia kerja maupun dunia usaha.

Di masa lampau, SMK dianggap hanya untuk melanjutkan kerja. Tetapi sekarang tidak, SMK diharuskan menyesuaikan pendidikannya untuk kebutuhan dunia kerja, dunia usaha bahkan untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi.

Tidak hanya itu, Kemendikbudristek juga memerhatikan pendidikan vokasi di perguruan tinggi dengan adanya Kampus Merdeka Vokasi. Fokusnya agar dapat meningkatkan pusat keunggulan di pendidikan vokasi.

Dukungan pemerintah pusat terkait pendidikan vokasi ini sangat besar, seperti adanya dana kompetitif untuk peningkatan program studi D3 menjadi sarjana terapan atau D4, lalu membentuk jalur cepat SMK sampai D2.

Selanjutnya Kampus Merdeka Vokasi dapat mengembangkan pusat unggulan teknologi, hilirisasi produk riset terapan dan membentuk start up kampus vokasi agar menumbuhkan jiwa usaha di kalangan anak-anak muda

Dengan berbagai dukungan pemerintah pusat, tantangannya adalah konsistensi satuan pendidikan vokasi yang komitmen menjalankan program ini. Lalu komitmen pemerintah pusat ketika pergantian kepemimpinan. Karena merdeka belajar ini terkait pendidikan vokasi, akan terlihat hasilnya ketika dalam beberapa tahun ke depan sehingga program ini harus dilanjutkan.

Tantangan selanjutnya adalah peran pemerintah daerah yang belum maksimal mendukung pendidikan dan pelatihan vokasi yang jelas-jelas menjadi tanggung jawabnya sesuai dengan anggaran dan kebutuhan daerah.

Terakhir, bagaimana pendidikan vokasi bisa mengikuti arus perkembangan dunia usaha maupun dunia industri sehingga tidak lagi terjadi penumpukan pengangguran karena tidak selarasnya pendidikan dan kemampuan SDM.

Dampak Positif Konektivitas Vokasi

Dari apa yang saya sampaikan di atas, dimulai dari pendidikan vokasi yang sudah didukung oleh Kemendikbudristek, lalu berjalannya peran pemerintah daerah dalam pemetaan, pendistribusian SDM ke Dunia Usaha dan Dunia Industri tentu akan berdampak positif dalam pembangunan baik di daerah maupun nasional.

Contohnya, pemerintah daerah memetakan kebutuhan daerah dan berkoordinasi dengan satuan pendidikan vokasi serta dengan dunia usaha maupun dunia industri. Ketika kebutuhan sudah terlihat, pemda bisa menjalankan pendidikan vokasi sesuai dengan kebutuhan.

Lalu, dunia usaha juga menerima SDM yang sudah lulus dari dunia pendidikan vokasi. Di sini perlu ada ketegasan pemerintah daerah melalui dinas ketenagakerjaan dengan melakukan MOU. Sehingga dunia industri maupun dunia usaha tidak sembarangan merekrut orang.

Ada contoh nyata yang dilakukan oleh SMK Swasta di salah satu daerah di Bekasi. Pimpinan sekolah dan yayasan bergerak maksimal untuk membuat konektivitas antara dunia pendidikan dan dunia usaha dan dunia industri bahkan hingga ke negara eropa.

Konsep SMK tersebut bisa diadaptasi oleh Pemerintah Daerah menjadi penghubung antara dunia pendidikan dengan dunia usaha serta dunia industri. Membuka semua peluang yang ada sehingga hasilnya maksimal.

Jika dilakukan konsisten, saya yakin tenaga kerja yang terserap akan berasal dari daerah lokasi perusahaan tersebut berada dan tentunya akan mengurangi pengangguran serta tidak ada lagi persoalan tenaga kerja dari luar daerah.

Tentu jika pengangguran berkurang, dunia usaha dan industri berkembang baik, nantinya akan bisa berkontribusi kepada pembangunan daerah. Jika perusahaan sehat pastinya akan memiliki dana CSR yang bisa membantu pembangunan.

Lalu sisi lainnya, jika pengangguran sedikit maka roda ekonomi berjalan dengan baik dan penghasilan masyarakat menjadi stabil. Syaratnya terjadi dampak besar yang positif ini adalah konsistensi dunia pendidikan vokasi, pemerintah, dan juga dunia usaha serta industri sehingga membentuk ekosistem konektivitas yang baik.

Salam damai!

https://kumparan.com/fathin-robbani-sukmana/konektivitas-vokasi-untuk-pembangunan-213LhWWg4Y5

What's your reaction?

Comments

https://www.hitabatak.com/assets/images/user-avatar-s.jpg

0 comment

Write the first comment for this!

Facebook Conversations