Konser Coldplay dan Sikap Pemimpin yang Bermasalah secara Filosofis-Idiologis
Oleh KH Anwar Abbas
Penampilan Konser Coldplay di Singapura. Foto: The Straits Times/Mark Cheong via REUTERS
Penampilan Konser Coldplay di Singapura. Foto: The Straits Times/Mark Cheong via REUTERS

Sangat mengherankan melihat sikap dan perilaku dari sebagian pemimpin di negeri ini. Semestinya sebagai pemimpin mereka tahu dengan baik tentang pancasila dan UUD 1945. Bahkan tidak hanya sekadar tahu tapi bagaimana dia bisa menegakkan dan melaksanakan nilai-nilai yang terdapat dalam sila-sila yang ada dalam pancasila dan uud 1945 tersebut dengan sebaik-baiknya. Sebagai contoh di dalam pasal 29 ayat 1 dikatakan bahwa negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.

Ini artinya kita semua sebagai warga bangsa harus dan wajib hukumnya menghormati nilai-nilai yang terdapat dalam ajaran agama yang ada di negeri ini. Kita tahu dari 6 agama yang diakui oleh negara di negeri ini tidak ada satu pun yang mentolerir praktik LGBT. Oleh karena itu sebagai konsekuensi logisnya, setiap orang yang bertugas sebagai pemimpin di negeri ini maka dia harus menjunjung tinggi nilai-nilai dari ajaran agama tersebut.

Bahkan tidak hanya sampai di situ, dia dengan kekuasaan yang ada padanya harus bisa mencegah dan melarang segala sesuatu yang akan mengganggu dan merusak nilai-nilai dari ajaran agama tersebut, meskipun perbuatan itu secara ekonomi menguntungkan. Karena yang kita cari dengan kegiatan pembangunan yang kita lakukan tidak hanya duit dan atau keuntungan ekonomi semata, tapi adalah jauh lebih luhur dan mulia dari itu yaitu bagaimana kita bisa mencetak anak-anak dan warga bangsa kita agar memiliki karakter.

Saya sendiri secara pribadi pernah bertanya secara langsung kepada presiden sewaktu bertemu di istana. Saya katakan kepada beliau apakah pak presiden ingin anak-anak bangsa ini memiliki karakter? Karakter seperti apa yang bapak inginkan? Apakah bapak ingin mencetak anak-anak bangsa ini menjadi insan-insan yang pancasilais?

Dengan tegas beliau menjawab ya. Kita harus mencetak mereka menjadi insan-insan pancasilais, kata beliau. Lalu apa arti dan konsekuensi logis dari sikap dan pandangan tersebut ? Salah satunya tentu adalah bagaimana kita bisa menjauhkan anak-anak bangsa ini dari segala sesuatu yang akan bisa merusak agama dan kepercayaan mereka, di antaranya yaitu menjauhkan anak-anak bangsa ini dari perilaku yang dilarang oleh ajaran agama yang ada di negeri ini seperti LGBT.

Di sinilah saya heran dengan sikap dan tindakan dari beberapa orang pemimpin yang mengatakan Konser Coldplay (pendukung gerakan LGBT) di Indonesia merupakan murni hiburan dan tidak perlu disangkutpautkan dengan hal lain.

Hal-hal lain itu tentu juga termasuk adalah supaya kita jangan mengaitkan acara konser tersebut dengan amanat yang terdapat dalam pancasila dan UUD 1945 terutama pasal 29 ayat 1.

Kalau begitu cara berpikirnya maka tentu tidak mustahil negeri ini akan bergerak ke tubir perpecahan dan kehancuran. Sebab sepanjang pengetahuan saya, yang bisa mempersatukan kita selama ini sebagai sebuah bangsa adalah Pancasila dan UUD 1945 tersebut.

Tapi kalau hal yang benar itu sudah dilanggar dan tidak lagi dihormati oleh sebagian dari para pemimpin di negeri ini, maka pertanyaannya: apakah mereka-mereka tersebut masih perlu dan patut kita hormati dan ikuti?

https://kumparan.com/kh-anwar-abbas/konser-coldplay-dan-sikap-pemimpin-yang-bermasalah-secara-filosofis-idiologis-21YAqxb5vd0

What's your reaction?

Comments

https://www.hitabatak.com/assets/images/user-avatar-s.jpg

0 comment

Write the first comment for this!

Facebook Conversations