Luhut Buka Suara soal Pernyataan Tom Lembong Tesla Sudah Tak Pakai Nikel
Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut B Pandjaitan membantah Tesla masih memakai nikel. #bisnisupdate #update #bisnis #text
Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan saat menemui CEO Tesla Inc, Elon Musk, di Giga Factory Texas. Foto: Instagram/@luhut.pandjaitan
Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan saat menemui CEO Tesla Inc, Elon Musk, di Giga Factory Texas. Foto: Instagram/@luhut.pandjaitan

Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menanggapi co-captain AMIN, Thomas Lembong, terkait pernyataan produksi Tesla di China tidak memakai nikel sebagai bahan baku kendaraan listrik.

Soal Tom Lembong pernah menyatakan Tesla tak lagi pakai nikel diungkapkan cawapres nomor urut 02, Gibran Rakabuming Raka, saat bertanya kepada lawannya, Cawapres nomor urut 01, Muhaimin Iskandar alias Cak Imin, pada debat pilpres keempat, Minggu (21/1) malam.

Luhut membantah Tesla masih memakai nikel. Ia bilang Tesla 100 persen menggunakan lithium ferro phosphate (LFP) untuk mobil listrik. Perusahaan mobil milik Elon Musk itu masih menggunakan nikel dalam baterai.

“Tidak benar pabrik Tesla di Shanghai menggunakan 100 persen LFP untuk mobil listriknya. Mereka masih tetap gunakan nickel based baterai. Jadi seperti suplai nickel based baterai itu dilakukan oleh LG Korea Selatan untuk mobil listrik yang diproduksi Tesla di Shanghai,” ujar Luhut dalam postingan akun instagram, Rabu (24/1).

Meskipun produksi mobil listrik yang menggunakan LFP masih berkembang, tidak menutup kemungkinan permintaan nikel sebagai bahan baku baterai berkurang sehingga perlu digenjot.

“Sekarang ini kalau kita lihat hilirisasi kita di katoda dan banyak lagi lithium baterai sangat maju, yang membuat ekspor kita tidak hanya bergantung lagi pada ekspor raw materialnya itu,” imbuhnya.

Area tambang nikel PT Hillconjaya Sakti di Konawe Utara, Sulawesi Tenggara. Foto: Hillconjaya Sakti
Area tambang nikel PT Hillconjaya Sakti di Konawe Utara, Sulawesi Tenggara. Foto: Hillconjaya Sakti

Luhut menjelaskan akan berbahaya bagi perekonomian Indonesia ketika harga nikel terlalu tinggi. Apabila harga nikel terlalu tinggi industri baterai listrik akan beralih mencari alternatif lain. Makanya pemerintah perlu mencari keseimbangan dengan benar, bahwa nikel Indonesia akan tetap dibutuhkan dalam belasan tahun ke depan.

"Tom harus mengerti kalau harga nikel terlalu tinggi itu berbahaya. Kita harus belajar dari kasus cobalt, tiga tahun lalu harganya begitu tinggi,orang akhirnya mencari bentuk baterai lain, itu bentuk salah satu pemicu lahirnya Lithium Ferro phosphate itu," tuturnya.

Tom Lembong sebelumnya juga mengkritik soal hilirisasi nikel, di mana saat ini telah ditemukan baterai listrik berbasis LFP sebagai alternatif nikel.

"Tapi ingat, lithium battery itu bisa recycling. sedangkan tadi yang LFP tidak bisa recycling sampai hari ini. Tapi sekali lagi teknologi itu berkembang. Nah kita bersyukur LFP juga kita kembangkan dengan Tiongkok. Tadi lithium battery juga kita kembangkan dengan Tiongkok maupun dengan lain-lain," kata Luhut.

Soal kritik Tom Lembong yang menyebut harga nikel ambles, Luhut meningkatkan bagaimana tren harga nikel dalam 10 tahun.

"Anda kan pebisnis juga. Kan siklus dari komoditi itu kan naik turun, apakah itu batu bara, nikel, timah atau emas, apa saja," tegas Luhut.

https://kumparan.com/kumparanbisnis/luhut-buka-suara-soal-pernyataan-tom-lembong-tesla-sudah-tak-pakai-nikel-221xus5iGz1

What's your reaction?

Comments

https://www.hitabatak.com/assets/images/user-avatar-s.jpg

0 comment

Write the first comment for this!

Facebook Conversations