Mariona Caldentey: Spanyol Bisa Bersaing di Olimpiade 2024, Asal Kondisi Layak

Spanyol sukses memetik kemenangan atas Swedia dengan skor tipis 2-3 pada matchday pertama UEFA Women’s Nations League 2023, Jumat (22/9). Dini hari nanti, Spanyol akan ganti melawan Swiss di Estadio Nuevo Arcangel, Cordoba, Spanyol. Dua finalis dari Liga A akan lolos ke Olimpiade.

Penyerang Timnas Spanyol, Mariona Caldentey, berharap pada akhirnya mereka bisa tampil di Olimpiade 2024 dan bersaing dengan negara-negara lain. Tentunya, kata dia, dengan kondisi terbaik yang berhak mereka dapatkan.

“Kami ingin segala sesuatunya terus maju, terus membaik. Kami akan terus berjuang untuk hal yang sama,” ujar Caldentey, dikutip dari Sportstar, Selasa (26/9).

Caldentey juga menekankan bahwa ia dan timnya tak ingin apa yang terjadi pada Timnas Spanyol terulang lagi. “Ini adalah hari-hari yang sulit dan penuh stres. Kami ingin menang, kami ingin berada di Olimpiade dengan kondisi yang berhak kami terima,” tambahnya.

Beberapa hari sebelum kick-off UEFA Women’s Nations League 2023, Caldentey dkk melakukan aksi mogok bermain. Hal itu dilakukan sebagai bentuk protes terhadap Federasi Sepak Bola Spanyol (RFEF), tak cuma atas persoalan pelecehan seksual yang dilakukan Luis Rubiales, tapi juga menuntut agar federasi segera berbenah diri dengan cara restrukturisasi organisasi.

Beruntung, tak lama kemudian, terjadi kesepakatan antara RFEF, Dewan Olahraga Spanyol (CSD), pemerintah Spanyol, dan juga para pemain La Roja. Dikutip dari The Guardian, RFEF telah memecat enam sampai sembilan pejabat senior, termasuk Sekretaris Jenderal (Sekjen) RFEF, Andreu Camps.

“Federasi, CSD, dan para pemain berjanji untuk mewujudkan perubahan ini. Kami harap situasi jadi lebih tenang dan kami bisa terus menikmati bermain sepak bola,” ujar Caldentey.

Kendati beberapa nama pengurus RFEF telah disingkirkan, harapan para pemain La Roja untuk diperlakukan dengan baik dan layak belum benar-benar terpenuhi. Pada Minggu (24/9), peraih dua titel Ballon d’Or, Alexia Putellas, mengeluhkan soal moda transportasi yang mereka gunakan sebelum bertanding.

Gelandang berusia 29 tahun itu mengatakan bahwa para pemain Timnas Spanyol melakukan perjalanan selama berjam-jam hanya dengan menggunakan bus. “(RFEF) membuat kami melakukan perjalanan darat 6-7 jam dengan bus, sementara tim lawan terbang dengan nyaman,” keluh Putellas.

“Kami juga melakukan penerbangan jam tiga pagi. Itu bukan jadwal yang sesuai untuk atlet elite,” imbuhnya kemudian.

Di sisi lain, peraih gelar Pemain Terbaik 2023, Aitana Bonmati, mengatakan bahwa situasi saat ini jauh lebih tenang ketimbang dengan saat mereka pertama kali dipanggil ke pemusatan latihan oleh pelatih baru mereka, Montse Tome.

“Hari-hari pertama sangat rumit. Kami tidak bisa tidur nyenyak karena stres dan kecemasan. (Tapi) sekarang jauh lebih tenang dan kami sepenuhnya fokus kepada sepak bola,” ungkap Bonmati.

Salah satu pemain yang turut berperan penting atas kesuksesan Spanyol di Piala Dunia Wanita 2023 itu juga berharap timnya dapat memberikan dampak yang kuat, yang lebih dari sekadar sepak bola.

“Kami ingin meninggalkan warisan yang baik dan (dalam) kondisi yang baik bagi generasi berikutnya. Kami adalah contoh, tidak hanya di olahraga tapi juga di level sosial,” harap Bonmati.

“Sebuah masyarakat yang setara di mana pria dan wanita sejajar dan memiliki hak yang sama,” ujar Bonmati soal keinginannya.