Menelisik Sejarah Selat Muria di Tengah Banjir Besar Demak
Benarkah banjir besar yang melanda Demak, Jepara, Kudus terkait dengan jejak masa lalu Selat Muria? #newsupdate #update #news #text
Foto udara kondisi jalur utama pantura Demak-Kudus yang terendam banjir di Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Senin (18/3). Foto: ANTARA FOTO/Aji Styawan
Foto udara kondisi jalur utama pantura Demak-Kudus yang terendam banjir di Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Senin (18/3). Foto: ANTARA FOTO/Aji Styawan

Banjir besar yang melanda sejumlah daerah di pesisir Pantai Utara Jawa mulai dari Kota Semarang, Kabupaten Demak, Kudus, Pati, dan Jepara kembali dikait-kaitkan dengan keberadaan Selat Muria.

Selat Muria ramai dinarasikan sebagai sebuah perairan yang kini sudah hilang. Perairan itu dulunya memisahkan Gunung Muria dengan Pulau Jawa. Kemudian muncul sedimentasi atau daratan dan Pulau Jawa menyatu.

Sejarawan Universitas Diponegoro, Prof Singgih Tri Sulistiyono, mengatakan berdasarkan historikal geografi rupa bumi, bentuk muka bumi terus mengalami perubahan meskipun bertahap, termasuk perubahan yang terjadi antara Selat Muria dan Pulau Jawa.

Warga menyaksikan jalan Pantura yang terendam banjir di Karanganyar, Demak, Jawa Tengah, Minggu (17/3/2024). Foto: Yusuf Nugroho/Antara Foto
Warga menyaksikan jalan Pantura yang terendam banjir di Karanganyar, Demak, Jawa Tengah, Minggu (17/3/2024). Foto: Yusuf Nugroho/Antara Foto

"Untuk Kawasan Muria (Demak, Kudus, Jepara, Pati, dan Rembang) dan sekitarnya jadi kalau kita mempelajari sejarah geologi indonesia itu memang dulu antara pulau jawa dengan Gunung Muria itu terpisah ya," ujar Singgih saat dihubungi wartawan, Rabu (20/3).

Ia menjelaskan, selat itu terbentuk sejak ribuan atau jutaan tahun yang lalu. Para ahli pun menamakan Selat Muria karena memisahkan antara daratan Muria dan Pulau Jawa. Namun, akhirnya muncul sedimentasi di Selat Muria.

"Ceritanya seperti itu sehingga dampaknya sekarang karena tanahnya hasil sedimentasi itu akhirnya belum sepenuhnya punya ketinggian yang mencukupi untuk terjadinya kondisi yang tidak banjir. Sehingga wilayah itu menjadi wilayah yang rawan banjir ya," jelas dia.

Foto udara kondisi jalur utama pantura Demak-Kudus yang terendam banjir di Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Senin (18/3). Foto: ANTARA FOTO/Aji Styawan
Foto udara kondisi jalur utama pantura Demak-Kudus yang terendam banjir di Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Senin (18/3). Foto: ANTARA FOTO/Aji Styawan

Saat ditanya adakah potensi Selat Muria kembali muncul di tengah banjir saat ini, Singgih menyebut itu bisa saja terjadi. Apalagi, saat ini perubahan iklim semakin nyata dan es banyak yang mencair.

"Saya kira ini menarik untuk menjadi bahan pengetahuan generasi muda dan bahan pengambil kebijakan ya bagaimana mengatur tata ruang di wilayah-wilayah yang hasil sedimentasi kemudian ketinggiannya berapa sehingga harus tata penggunaan ruang publik itu seperti apa mana yang perlu ruang hijau mana perumahan, mana industri nah ini perlu dilakukan dengan metode ilmiah dan jangan dilanggar," kata Singgih.

https://kumparan.com/kumparannews/menelisik-sejarah-selat-muria-di-tengah-banjir-besar-demak-22O8XBwXkD0

What's your reaction?

Comments

https://www.hitabatak.com/assets/images/user-avatar-s.jpg

0 comment

Write the first comment for this!

Facebook Conversations