OJK Cermati Dampak Resesi Jepang dan Inggris ke RI
OJK menanggapi kondisi Jepang dan Inggris yang masuk ke jurang resesi. #bisnisupdate #update #bisnis #text
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menyampaikan pandangannya dalam Risk and Governance Summit 2023 di Jakarta, Kamis (30/11/2023). Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menyampaikan pandangannya dalam Risk and Governance Summit 2023 di Jakarta, Kamis (30/11/2023). Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menanggapi kondisi Jepang dan Inggris yang masuk ke jurang resesi. Hal itu tercermin dari pertumbuhan ekonomi yang mengalami kontraksi selama dua kuartal berturut-turut. Adapun, pertumbuhan ekonomi yang negatif merupakan indikator perekonomian suatu negara berada dalam resesi teknis.

Pertumbuhan ekonomi Jepang negatif dalam dua kuartal beruntun, yakni minus 3,3 persen secara tahunan atau year on year (yoy) pada kuartal III 2023 dan turun 0,4 persen yoy di kuartal berikutnya.

Hal yang sama juga terjadi pada ekonomi Inggris. Pada kuartal III 2023 perekonomian Inggris terkontraksi 0,1 persen dan berlanjut di kuartal IV 2023 yang minus 0,3 persen.

Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, mengatakan pihaknya akan terus memantau kondisi ekonomi kedua negara itu, untuk membuat strategi mengantisipasi dampak rambatan.

"Kita akan cermati sekiranya ada dampaknya, tapi sejauh ini kami tidak mengharapkan dan antisipasi ada dampak terlalu berat. Karena kan hal yang juga sudah kita lihat beberapa waktu terakhir ini," kata Mahendra di Hotel St.Regis, Selasa (20/2).

Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, kondisi ekonomi kedua negara maju ini memang sudah cukup lemah. Hal itu disebabkan oleh dua hal yakni ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina dan tingginya suku bunga negara di Eropa.

"Mereka (Jepang dan Inggris) sudah cukup lemah. Entah karena perang di Ukraina yang mempengaruhi terutama Eropa. Tapi juga Jepang dan Eropa secara umum juga akan terpengaruh oleh kebijakan ekonomi terutama suku bunga naik," kata Sri Mulyani.

Jepang merupakan pangsa ekspor terbesar di Indonesia untuk sektor nonmigas. Berdasarkan catatan BPS, sepanjang Januari-Desember 2023 nilai ekspor nonmigas Indonesia ke Jepang mencapai USD 20,78 miliar. Angka itu turun dibanding periode Januari-Desember 2022 sebesar USD 24,85 miliar.

Adapun, komoditas ekspor utama Indonesia ke Jepang terbesar adalah lemak dan minyak nabati hewani (HS 15) dengan nilai ekspor USD 2 miliar, bijih logam terak dan abu (HS 27) sebesar USD 5,35 miliar, besi dan baja (HS 72) senilai USD 2,28 miliar. Kemudian ada juga nikel dan barang daripadanya (HS 75) sebesar USD 521 juta, dan logam mulia perhiasan (HS 71) sebesar USD 873 juta.

https://kumparan.com/kumparanbisnis/ojk-cermati-dampak-resesi-jepang-dan-inggris-ke-ri-22CePgVqBeS

What's your reaction?

Comments

https://www.hitabatak.com/assets/images/user-avatar-s.jpg

0 comment

Write the first comment for this!

Facebook Conversations