Pakar Ungkap Tren Wisata di 2024, Wisata Berbasis Personal Jadi Primadona
Hal ini diungkapkan oleh Ketua Ikatan Cendikiawan Pariwisata Indonesia, Azril Azahari. #kumparanTRAVEL #newsupdate
Ilustrasi wisatawan di pantai. Foto: Shutterstock
Ilustrasi wisatawan di pantai. Foto: Shutterstock

Ketua Ikatan Cendikiawan Pariwisata Indonesia, Azril Azahari mengungkapkan sejumlah tren wisatawan di tahun 2024. Ia menilai saat ini wisatawan menginginkan wisata berbasis personal atau customized-tourism.

“Sekarang itu kan sudah customized-tourism, personalisasi, lokal dan memiliki wawasan. Itu keinginan dari wisatawan. Artinya apa? Dia maunya jadi customized-tourism, personal sekali yang diinginkannya, kearifan lokal,” kata Azril seperti dilansir Antara.

Azril mengatakan, wisatawan mencari keunikan dan kearifan lokal dari tempat-tempat yang dikunjungi.

Ilustrasi wisatawan Indonesia. Foto: Dok. Kemenparekraf
Ilustrasi wisatawan Indonesia. Foto: Dok. Kemenparekraf

Mereka tidak hanya menginginkan atraksi, namun, juga daya tarik yang memiliki ciri khas yang tidak dapat ditemukan di negara lain serta adanya nilai eksotisme di daerah tersebut.

Ia melihat perilaku wisatawan telah berubah sejak era 1980-an hingga 2000-an, target wisata yang awalnya dihitung dari pariwisata massal, bergeser kepada wisata alternatif. Memasuki era 2020, perilaku berwisata berubah menjadi wisata yang berbasis kualitas dan disesuaikan dengan minat.

Tak hanya itu, menurutnya wisatawan saat ini mendambakan kegiatan perjalanan yang sesuai dengan minat, seperti green and blue healing yang berkaitan dengan alam.

Melihat tren tersebut, daerah dengan keanekaragaman alam harus menggali potensi mereka supaya bisa menjadi daya tarik untuk wisatawan, seperti melihat kawanan lumba-lumba di Sabang, atau pengalaman berinteraksi dengan hiu paus di Gorontalo.

Perubahan Perilaku Wisatawan

World Travel Tourism Council (WTTC) juga mengatakan bahwa, target nilai pariwisata daerah bukan lagi dihitung dari jumlah wisatawan, namun, seberapa besar kontribusi sektor pariwisata terhadap pendapatan negara. Kontribusi bisa dilihat dari periode wisatawan menginap dan berapa banyak uang yang dikeluarkan untuk berbelanja di tempat wisata.

Azril menilai perubahan nilai pariwisata dan perilaku wisatawan tersebut juga perlu diantisipasi pemerintah dalam mengembangkan wisata di Indonesia.

Ilustrasi wisatawan asing di Kawah Ijen Foto: Dok. Kemenparekraf
Ilustrasi wisatawan asing di Kawah Ijen Foto: Dok. Kemenparekraf

Potensi wisata lain yang juga dinilai perlu diantisipasi menurut Azril adalah wellness tourism alias wisata berasis kesehatan dan kesejahteraan, termasuk di dalamnya gastronomi tourism atau wisata memuaskan hasrat mencari makanan berkualitas dan enak.

Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan pariwisata gastronomi karena banyak kuliner unik yang kebanyakan hanya bisa ditemukan di Indonesia seperti sagu dan rempah-rempah.

Sejumlah wisatawan berenang bersama seekor Hiu Paus di perairan Botubarani, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, Minggu (21/4). Foto: ANTARA FOTO/Dian Bawenti
Sejumlah wisatawan berenang bersama seekor Hiu Paus di perairan Botubarani, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, Minggu (21/4). Foto: ANTARA FOTO/Dian Bawenti

“Kemudian jangan lupa juga, UNWTO (United Nation World Tourism Organization) bahwa itu sudah mensyaratkan pariwisata kita itu harus mengacu kepada community-based tourism. Jadi, pariwisata yang berbasis kepada komunitas, tidak lagi kepada investor,” katanya.

Di tengah tantangan secara global maupun nasional, seperti kasus COVID-19 yang meningkat, Azril masih menaruh optimisme terhadap pariwisata Indonesia dan berharap tantangan tersebut menjadi peluang Indonesia menghadirkan pariwisata yang nyaman dan aman bagi pengunjung.

https://kumparan.com/kumparantravel/pakar-ungkap-tren-wisata-di-2024-wisata-berbasis-personal-jadi-primadona-21v9HLZ8uus

What's your reaction?

Comments

https://www.hitabatak.com/assets/images/user-avatar-s.jpg

0 comment

Write the first comment for this!

Facebook Conversations