Pemerintah Mulai Gelontorkan 250 Ribu Ton Beras SPHP untuk Banjiri Pasar

Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan pemerintah melakukan intervensi dengan mengguyur 250 ribu ton beras stabilitas pasokan harga pasar (SPHP) untuk meredam gejolak masyarakat.

Erick mengatakan, produksi beras baru surplus di bulan Maret 2024 nanti. Maka untuk menutup gap yang ada, pemerintah menggelontorkan beras dari cadangan beras pemerintah berupa beras kemasan SPHP tersebut.

"Lalu diambil kebijakan. Untuk itu kita gelontorkan lagi 250 ribu (ton), ini contohnya, beras SPHP. Supaya keresahan tidak terjadi. Kita bisa pastikan stok beras cukup," kata Erick saat mengecek beras SPHP di Ramayana Klender Jakarta Timur, Senin (12/2).

Erick menjelaskan, saat ini terdapat stok beras yang dikuasai Bulog sebesar 1,2 juta ton, dan akan masuk lagi beras impor 500 ribu ton di akhir Maret 2024 nanti. Maka dari itu, dia memastikan stok beras cukup untuk masyarakat.

"Pemerintah memastikan 250 ribu kita gelontorkan. Terima kasih Direksi Bulog yang hadir untuk menjaga komitmen agar di pasar cukup," pungkasnya.

Sementara, Direktur Utama Bulog Bayu Krisnamurthi memastikan pihaknya akan terus menggelontorkan beras SPHP di pasar. Bahkan pada Januari-Februari 2024 ini volume beras SPHP yang digelontorkan Bulog 160 persen lebih banyak dibanding Januari-Februari 2023.

"Kita akan tingkatkan sampai 200 persen. Karana SPHP benar-benar dibutuhkan masyarakat. Kita harapkan SPHP dinikmati masyarakat seperti halnya bantuan pangan yang betul-betul penerimanya kalangan keluarga penerima manfaat (KPM)," kata Bayu.

Berbeda dengan bantuan sosial yang penerimanya terdaftar, beras SPHP pemerintah ini bebas disalurkan ke masyarakat. Namun, ada imbauan agar masyarakat patuh membeli beras SPHP sesuai batasan, 2 pcs per pembelian.

"Kita jual ke mal ritel modern itu maksudnya biar lebih terjangkau. Tapi banyak info yang masuk, kita taruh 1 ton, 1.000 kg, ada 5 kg-an (packingan), 500 sak, masak setengah jam habis. Jadi kalau Bulog terus begini kan berat. Kalau yang terus dihadapi (pembeli) bukan rumah tangga yang sebenarnya (membutuhkan)," pungkasnya.