Pemilu dan Peran Guru dalam Mengawal Pendidikan Demokrasi Peserta Didik
Oleh Siska Indriani
Ilustrasi guru mengajar. Foto: Shutterstock
Ilustrasi guru mengajar. Foto: Shutterstock

Momen pemilihan umum (Pemilu) 2024 terasa semakin dekat dengan bertambahnya hingar bingar pembicaraan dan pemberitaan di berbagai kanal, baik itu di media cetak maupun media daring. Masyarakat tampak sangat antusias untuk menyambut gelaran pesta demokrasi 5 tahunan ini.

Di sisi lain, mereka yang mencalonkan diri untuk menjadi bagian dari lembaga pembuat undang-undang, baik itu di level daerah dan pusat, serta mereka yang mengajukan diri sebagai kandidat pemimpin bangsa ini semakin masif melakukan promosi untuk menyebarluaskan visi dan misi guna meyakinkan calon pemilih agar “mencoblos” dirinya di Tempat Pemungutan Suara (TPS) pada tanggal 14 Februari nanti.

Pemilu merupakan salah satu momen penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, di mana warga negara memilih pemimpin bangsa dan wakil mereka di badan legislatif untuk lima tahun ke depan. Momen ini menjadi krusial karena mengarahkan masa depan bangsa dan negara serta menentukan arah kebijakan dan pembangunan.

Oleh karena itu, keterlibatan berbagai elemen masyarakat, salah satunya peserta didik, menjadi sangat penting. Di negara ini, pemilu merupakan puncak dari proses politik yang melibatkan partisipasi massal, penuh dengan harapan, ketegangan dan tidak jarang diwarnai dengan beragam polemik dan kontroversi.

Peluang dan Tantangan Pesta Demokrasi bagi Siswa

Bagi siswa, khususnya di jenjang pendidikan menengah atas, momen pemilu dapat dijadikan sebuah kesempatan berharga untuk belajar dan melihat langsung proses demokrasi. Rentan usia yang berada pada fase remaja kisaran 15-18 tahun memberikan keuntungan bagi mereka untuk bisa melihat, memahami dan menganalisis lebih dalam dibandingkan dengan siswa pada jenjang di bawahnya.

Bahkan, beberapa di antaranya sudah memiliki hak pilih dan eligible untuk mengikuti proses pemungutan suara. Hal ini tentu dapat mendorong mereka untuk mempraktikkan teori yang selama ini dipelajari di kelas dalam kehidupan yang nyata agar bisa menerapkan prinsip-prinsip demokrasi, memahami pentingnya memilih pemimpin yang mewakili nilai-nilai dan aspirasi mereka, serta memahami bahwa suara mereka memiliki kekuatan untuk membentuk masa depan negara.

Namun, di balik keindahan demokrasi, terdapat kompleksitas yang harus diantisipasi. Persaingan politik yang sengit sering kali menghasilkan retorika yang keras dan serangan pribadi antar calon pemimpin. Propaganda politik dan ujaran kebencian dari berbagai pihak dapat membingungkan siswa dan membuat mereka sulit membedakan antara fakta dan opini.

Apalagi usia pelajar yang didominasi oleh generasi Z merupakan kalangan yang rentan untuk termakan disinformasi dan berita bohong (hoax) di media sosial. Hal ini tentu memerlukan perhatian lebih dari orang tua dan juga guru dengan menekankan pentingnya pendidikan politik yang holistik, di mana siswa tidak hanya belajar tentang proses politik tetapi juga tentang keterampilan kritis dan pemecahan masalah.

Peran Guru dalam Mengawal Proses Pendidikan Demokrasi Siswa

Peran guru dalam mengawal proses pendidikan demokrasi peserta didik sangatlah vital. Selain memberikan pemahaman tentang sistem politik dan pentingnya partisipasi warga dalam demokrasi, guru juga harus menjadi model peran dalam praktiknya. Menunjukkan kepada siswa bagaimana berdemokrasi dengan baik, bagaimana mendengarkan dan menghargai pandangan orang lain, dan bagaimana membuat keputusan berdasarkan informasi yang valid adalah bagian integral dari pendidikan kewarganegaraan yang efektif.

Lebih dari itu, pemilu dapat dianggap sebagai laboratorium bagi pengembangan berbagai keterampilan kritis dan kemampuan berpikir yang diperlukan untuk masa depan siswa. Kemampuan analisis terhadap program-program calon pemimpin, kemampuan mengartikulasikan kebutuhan dan aspirasi mereka, serta kemampuan untuk memahami implikasi dari setiap pilihan yang mereka buat adalah beberapa dari banyak keterampilan yang dapat diperoleh melalui penyerapan informasi dan keterlibatan aktif dalam proses pemilu.

Dengan melakukan pendekatan yang holistik dan inklusif serta mendampingi peserta didik secara lebih aktif dan terbuka dalam berdiskusi dan menyaring informasi, pemilu dapat menjadi lebih dari sekadar proses politik rutin. Ini adalah kesempatan bagi kita sebagai pendidik untuk membentuk generasi yang tidak hanya memahami nilai-nilai demokrasi tetapi juga mampu berpikir kritis dan menerapkan prinsip demokrasi dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan memperkuat pemahaman siswa tentang pentingnya partisipasi politik yang cerdas dan bertanggung jawab, kita dapat memastikan bahwa masa depan negara ini akan dipegang oleh generasi yang terdidik, terinformasi, dan terampil dalam menerjemahkan visi demokrasi menjadi realitas yang hidup dan berkelanjutan.

https://kumparan.com/collegecounsellingpribadi/pemilu-dan-peran-guru-dalam-mengawal-pendidikan-demokrasi-peserta-didik-225xFC0vpwk

What's your reaction?

Comments

https://www.hitabatak.com/assets/images/user-avatar-s.jpg

0 comment

Write the first comment for this!

Facebook Conversations