Pencarian Korban Banjir Bandang Humbahas Dihentikan, 10 Orang Belum Ditemukan

Pencarian sepuluh korban banjir bandang di Desa Simangulampe, Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara, resmi dihentikan pada Kamis (14/12) malam.

Kepala Basarnas Medan Budiono mengatakan penghentian ini dilakukan usai dua kali perpanjangan masa pencarian. Sehingga, durasi total 13 hari pencarian telah dilakukan.

“Penutupan operasi SAR secara resmi ini dilakukan setelah sebelumnya telah dilakukan perpanjangan dua kali dengan total 13 hari pencarian,” kata Budiono dalam keterangannya, Jumat (15/12).

“Dengan pertimbangan situasi serta hasil evaluasi bersama seluruh unsur yang terlibat dan keluarga korban maka diputuskan operasi SAR dihentikan secara resmi,” sambungnya.

Meski begitu, kata Budiono, sekitar lima personel dari Pos SAR Parapat masih akan tinggal di lokasi pencarian.

“Namun meskipun demikian dikarenakan pihak Pemkab baru saja mendatangkan alat berat jenis ekskavator long arm untuk melakukan penyisiran di sekitar tepian Danau Toba sehingga kami kerahkan satu tim yang terdiri dari lima personel untuk mendampingi ekskavator,” kata dia.

Para personel tersebut juga masih dilengkapi dengan perahu LCR, alat selam, dan aqua eyes.

Dengan demikian, dalam kurun waktu pencarian 13 hari, Tim SAR gabungan berhasil menemukan dua korban banjir bandang. Menyisakan sepuluh lainnya yang belum ditemukan. Sebab, total 12 orang yang dilaporkan hilang.

Sekilas Banjir Humbahas

Kementerian LHK menyebut banjir bandang yang melanda desa tepian Danau Toba itu hanya dipicu oleh debit air yang tinggi. Banjir terjadi pada Jumat (1/12).

"Jadi berdasarkan analisis yang kami lakukan, penyebab banjir adanya curah hujan yang tinggi. Sementara kapasitas pengaliran sungai lebih kecil dari debit banjir. Pendangkalan pada alur sungai semakin menurunkan kapasitas pengaliran, sehingga luapan meningkat,” Direktur Perencanaan dan Pengawasan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai KLHK, M Saparis Soedarjanto.

Bupati Humbahas Dosmar Banjarnahor menduga bahwa banjir tersebut disebabkan oleh illegal logging yang dibekingi oleh aparat penegak hukum.

“Penebangan pohon itu terjadi setiap hari (di sini). Pelaku (penebangan) ini katanya ada oknum penegak hukum bekingi dia. Ya tentu saya komunikasi dengan Pemprov kalau ada penebangan. Kita bilang jangan kasih ya, tapi besoknya dikasih lagi, lupa lagi,” kata Dosmar saat dihubungi kumparan.

Pihak kepolisian masih melakukan penyelidikan terkait dugaan adanya illegal logging tersebut.

“Masih penyelidikan, semua proses masih berjalan,” kata Kabid Humas Polda Sumut Kombes Pol Hadi Wahyudi.