views
Uni Eropa kembali membuat kampanye negatif pada sawit Indonesia. Terbaru, Uni Eropa menuding biodiesel Indonesia dipasarkan melalui China dan Inggris, untuk menghindari bea masuk ke kawasan Uni Eropa. Ini menjadi berita paling banyak dibaca pada Jumat (18/8).
Selain itu, ada kabar soal respons Bank Indonesia terhadap uang logam yang kini tak dianggap. Berikut rangkuman berita populer di kumparanBISNIS.
Uni Eropa Hajar Sawit RI
Mengutip Reuters, Jumat (18/7), Komisi Eropa tengah melakukan penyelidikan terkait dugaan tersebut. Penyelidikan itu dilakukan atas permintaan Dewan Biodiesel Eropa (European Biodiesel Board).
"Permintaan itu berisi bukti yang cukup soal dugaan penghindaran bea masuk atas produk biodiesel yang diduga berasal dari Indonesia," kata Komisi Eropa.
Sebelumnya Uni Eropa juga mengenakan bea masuk tambahan ke biodiesel impor asal Indonesia. Mereka menuding biodiesel Indonesia punya harga kompetitif, karena mendapat sejumlah insentif dari pemerintah.
Bea tambahan (countervailing duty) yang dikenakan Uni Eropa sejak 2019 berkisar 8-18 persen. Mereka mengeklaim, dari investigasi ditemukan bahwa produsen biodiesel Indonesia mendapat sejumlah hibah, insentif pajak, hingga kemudahan akses ke bahan baku dengan harga di bawah harga pasar.
"Hal ini menimbulkan ancaman ekonomi bagi produsen biodiesel Uni Eropa," ujarnya.
BI Respons Uang Logam Sering Tak Dianggap
Bank Indonesia (BI) mengungkapkan saat ini masih banyak masyarakat memandang sebelah mata uang logam sebagai alat pembayaran.
Kepala Departemen Pengelolaan Uang BI, Marlison Hakim, menyebut uang logam selalu dinilai sangat kecil dan tak dianggap sebagai alat tukar.
"Jadi, kita ingin mengubah masyarakat, di mana masyarakat menganggap logam itu seperti yang kecil yang tidak berarti, atau sebagian masyarakat anggap logam itu bukan alat tukar lagi karena nilainya kecil," kata Marlison saat ditemui di kawasan Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (18/8).
Marlison menyebut, kondisi ini kerap terjadi di kota besar, padahal di kota pinggiran logam itu sangat berarti. Ia menjelaskan, Bank Indonesia mengeluarkan uang logam untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap pecahan kecil.
"Kita di kota besar merasa logam enggak perlu lagi tapi kalau di masyarakat pinggiran itu logam sangat berarti, Rp 500 sangat berarti, Rp 100 berarti," ujar Marlison.
https://kumparan.com/kumparanbisnis/populer-uni-eropa-hajar-sawit-ri-bi-soal-uang-logam-sering-tak-dianggap-211CDpmfIOF
Comments
0 comment