Rusia dan China Kompak Tuding AS Pemicu Ketegangan di Timur Tengah

Amerika Serikat dituding sebagai pemicu ketegangan di Timur Tengah oleh dua negara saingannya — China dan Rusia, dalam pertemuan Dewan Keamanan (DK) PBB pada Senin (5/2).

Tudingan itu merujuk kepada operasi balas dendam AS terhadap militan-militan pro-Iran yang bermarkas di Suriah dan Irak, atas kematian tiga prajurit AS di dekat perbatasan Yordania.

Menurut AS, serangan drone yang menargetkan pangkalan militer pada 28 Januari ini telah dilakukan oleh militan pro-Iran — klaim yang dibantah Teheran.

Dikutip dari AFP, serangan balas dendam AS pada Jumat (2/2) dan Sabtu (3/2) ke puluhan target pasukan elite Iran dan militan pro-Iran pun menimbulkan kekhawatiran bahwa pertempuran Israel-Hamas sedang berkecamuk di Jalur Gaza dapat berubah menjadi konflik regional.

Sehubungan dengan itulah, sejumlah negara anggota DK PBB — termasuk Rusia dan China, mengusulkan diadakannya pertemuan darurat untuk membahas krisis ini.

Dalam pertemuan itu, Duta Besar Rusia untuk PBB Vasily Nebenzia secara terbuka menyalahkan AS atas eskalasi konflik yang semakin menajam di Timur Tengah.

"Sudah jelas bahwa serangan udara Amerika secara khusus dan sengaja ditujukan untuk menyulut konflik," ujar Nebenzia.

Tudingan itu kemudian disahut oleh Duta Besar China untuk PBB, Jun Zhang. "Tindakan AS pasti akan memperburuk lingkaran setan kekerasan balas-membalas di Timur Tengah," ungkapnya.

Adapun pada Minggu (4/2), Washington mengaku mempersiapkan leih banyak serangan balasan ke depannya.

"Biar saya perjelas, Amerika Serikat tidak menginginkan lebih banyak konflik di suatu wilayah ketika kami secara aktif bekerja untuk menahan dan meredakan konflik di Gaza," ujar Wakil Duta Besar AS untuk PBB, Robert Wood di hadapan DK PBB.

"Kami tidak mencari konflik langsung dengan Iran, tetapi kami akan terus mempertahankan personel kami dari serangan yang tidak dapat diterima. Titik," tutup dia.

Serangan balas dendam AS di sisi lain menuai kecaman dari Irak, Iran, dan Suriah — yang membantah terlibat dalam serangan drone di perbatasan Yordania.

"Setiap upaya untuk mengaitkan tindakan-tindakan ini dengan Iran atau angkatan bersenjatanya adalah menyesatkan, tidak berdasar dan tidak dapat diterima," ujar Duta Besar Iran untuk PBB, Amir Saeid Iravani.

Iravani bersumpah, jika Iran menghadapi ancaman, serangan, atau agresi apa pun yang mempengaruhi keamananannya — maka akan ada balasan tegas mengiringinya.

Adapun kemarahan regional atas agresi Israel di Jalur Gaza telah berkembang luas di penjuru Timur Tengah, hingga memicu protes yang melibatkan militan pro-Iran di Lebanon, Irak, Suriah, dan Yaman. Iran dan negara-negara tersebut adalah pendukung setia kemerdekaan Palestina.

Wakil Sekretaris Jenderal untuk Urusan Politik dan Perdamaian PBB, Rosemary DiCarlo, dalam pertemuan darurat DK PBB kembali menegaskan pentingnya bagi seluruh pihak untuk menahan diri.

"Saya mengimbau Dewan untuk terus secara aktif melibatkan semua pihak yang berkepentingan untuk mencegah eskalasi lebih lanjut dan memburuknya ketegangan yang merusak perdamaian dan keamanan regional," ujar DiCarlo.

"Semua pihak harus mundur dari garis ambang batas dan mempertimbangkan kerugian manusia dan ekonomi yang tak tertahankan dari potensi konflik regional," sambung dia.