Studi Catat Peningkatan Pembunuhan Perempuan di Afghanistan di Bawah Taliban
Menurut studi oleh Afghan Witness, ada peningkatan pembunuhan brutal terhadap perempuan di Afghanistan. Mayat mereka disebut dibuang ke sungai. #womensupdate #update #woman #text
Pembela hak-hak perempuan Afghanistan dan aktivis sipil protes untuk menyerukan kepada Taliban untuk pelestarian prestasi dan pendidikan mereka, di depan istana kepresidenan di Kabul, Afghanistan, Jumat (3/9). Foto: Stringer/REUTERS
Pembela hak-hak perempuan Afghanistan dan aktivis sipil protes untuk menyerukan kepada Taliban untuk pelestarian prestasi dan pendidikan mereka, di depan istana kepresidenan di Kabul, Afghanistan, Jumat (3/9). Foto: Stringer/REUTERS

Ladies, studi terbaru yang dilakukan oleh organisasi Afghan Witness menunjukkan laporan yang mencengangkan terkait hak asasi manusia, termasuk pada perempuan. Studi tersebut mengungkap, ada 3.329 klaim terkait pelanggaran HAM di Afghanistan yang dilaporkan usai Taliban mengambil alih kekuasaan pada Agustus 2021 lalu.

Dilansir Independent, perempuan menjadi salah satu pihak yang sangat dirugikan di bawah kekuasaan Taliban. Organisasi yang terdiri dari peneliti, ahli, analis, dan jurnalis internasional ini mengungkapkan bahwa ada peningkatan angka pembunuhan terhadap perempuan (femicide).

Sejak tahun lalu, peneliti di Afghan Witness mencatat 1.977 klaim pelanggaran HAM termasuk pembunuhan dan penyiksaan terhadap populasi Afghanistan.

Ilustrasi mayat. Foto: Shutterstock
Ilustrasi mayat. Foto: Shutterstock

“Sejak Januari 2022, Afghan Witness telah mencatat laporan terkait perempuan dibunuh secara individu, sering kali dalam situasi yang melibatkan kekerasan ekstrem dan secara brutal,” bunyi kutipan dari laporan terbaru Afghan Witness.

Laporan kasus kekerasan brutal terhadap perempuan tersebut mencapai 188 laporan sejak Januari 2022 hingga Juli 2023. Laporan-laporan itu meliputi kasus perempuan dipenggal, ditembak, atau ditusuk.

Mayat-mayat korban disebut kerap kali dibuang di jalanan atau di sungai. Tak sedikit laporan yang masuk mengungkap bahwa tubuh mayat tersebut menunjukkan adanya tanda-tanda penyiksaan atau kehabisan napas.

“Taliban telah mengingkari janji-janji awal mereka terkait hak asasi manusia, terutama bagi perempuan dan anak-anak perempuan, serta amnesti untuk pejabat atau personel keamanan yang bekerja di bawah Republik (pemerintahan Afghanistan terdahulu -red),” ungkap salah satu peneliti di Afghan Witness, David Osborn.

Mahasiswi Afghanistan mengikuti ujian masuk di Universitas Kabul di Kabul, Afghanistan. Foto: Wakil Kohsar/AFP
Mahasiswi Afghanistan mengikuti ujian masuk di Universitas Kabul di Kabul, Afghanistan. Foto: Wakil Kohsar/AFP

“Sejak saat itu, kami telah mencatat peningkatan kasus femicide, kemunculan kembali eksekusi dan cambuk secara publik, tingginya angka pembunuhan dan detensi mantan petugas keamanan dan angkatan bersenjata, serta penekanan terhadap masyarakat sipil, media, dan aktivis,” lanjut dia.

Di bawah pemerintahan Taliban, anak-anak perempuan Afghanistan tidak bisa kembali ke sekolah. Perempuan juga dilarang untuk bekerja dan berpartisipasi dalam kegiatan olahraga.

Kendati penekanan terhadap perempuan Afghanistan terus meningkat, mereka tidak tinggal diam. Afghan Witness mencatat, terdapat 70 aksi protes yang dipimpin perempuan terjadi sejak Agustus 2021. Para perempuan berdemonstrasi untuk menolak pembatasan pendidikan bagi perempuan dan anak perempuan serta larangan perempuan bekerja.

https://kumparan.com/kumparanwoman/studi-catat-peningkatan-pembunuhan-perempuan-di-afghanistan-di-bawah-taliban-213mD0pBwuj

What's your reaction?

Comments

https://www.hitabatak.com/assets/images/user-avatar-s.jpg

0 comment

Write the first comment for this!

Facebook Conversations