Sumbu Filosofi Yogyakarta, Kebijaksanaan Kota Bersejarah Dunia Abad ke-18
Oleh Aditya Hera Nurmoko
Suasana kota Yogyakarta. Foto: aditya_frzhm/Shutterstock
Suasana kota Yogyakarta. Foto: aditya_frzhm/Shutterstock

UNESCO telah menetapkan Yogyakarta sebagai Sumbu Filosofi, sebuah Warisan Budaya Dunia pada tanggal 18 September 2023, "Sebuah kota adalah buku sejarah yang dibaca dengan jiwa perasaan, dan Yogyakarta adalah salah satu buku budaya paling indah yang pernah ditulis."

Pada tanggal 18 September 2023, Riyadh, Arab Saudi, menjadi saksi sejarah ketika Yogyakarta diumumkan sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO. Pengumuman ini merupakan penghargaan luar biasa atas sejarah, budaya, dan konsep penataan kota yang unik dalam Sumbu Filosofi Yogyakarta.

Yogyakarta, kota yang didirikan pada abad ke-18 oleh Pangeran Mangkubumi, telah menjadi pusat pemerintahan dan tradisi budaya Jawa selama lebih dari dua abad.

Namun, lebih dari sekadar sejarah, konsep penataan kota yang diusung oleh Pangeran Mangkubumi pada tahun 1755 membawa filosofi penataan kota yang tetap relevan hingga hari ini, bahkan melebihi konsep yang diperkenalkan oleh ilmuwan Barat pada awal abad ke-20.

Sebuah Kota Sejarah yang Hidup

Ilustrasi kota Yogyakarta. Foto: M. Rinandar Tasya/Shutterstock
Ilustrasi kota Yogyakarta. Foto: M. Rinandar Tasya/Shutterstock

Yogyakarta, sebuah kota dengan jutaan cerita yang melintasinya, telah menjadi saksi berbagai peristiwa sepanjang sejarahnya. Dengan didirikannya pada abad ke-18 oleh Pangeran Mangkubumi, Yogyakarta menjadi salah satu pusat pemerintahan kerajaan Mataram yang kuat. Ini adalah titik awal dari sebuah perjalanan panjang yang mengilhami konsep kota Sumbu Filosofi.

Pangeran Mangkubumi, seorang pemikir visioner pada zamannya, memiliki konsep penataan kota taman yang sangat maju. Pada tahun 1755, beliau telah merumuskan sebuah wawasan yang mencengangkan tentang bagaimana sebuah kota harus dibangun. Konsep ini bahkan melebihi gagasan ilmuwan Barat yang terkenal dengan Konsep Modern Urban Planning yang muncul beberapa abad kemudian, seperti smart city, ecocity, atau green city.

Pangeran Mangkubumi dan Penataan Kota yang Terlupakan

Ilustrasi kota Yogyakarta. Foto: hardiyanto n/Shutterstock
Ilustrasi kota Yogyakarta. Foto: hardiyanto n/Shutterstock

Konsep penataan kota Pangeran Mangkubumi memandang kota sebagai taman yang hidup. Sebagai seorang pemimpin yang memiliki cinta mendalam terhadap alam dan budaya Jawa, beliau merancang kota dengan mempertimbangkan perpaduan aspek-aspek kunci, seperti lingkungan (geo-diversity), budaya (cultural diversity), dan keanekaragaman hayati (bio-diversity).

Dalam pemikirannya, kota harus sejalan dengan alam sekitarnya, menghormati tradisi, dan memelihara keanekaragaman hayati. Dua sungai, Sungai Code di sebelah barat dan Sungai Gajah Wong di sebelah timur, mengapit kota menjadi batas secara alami kota ini. Sebuah sumbu utama yang membentang dari Gunung Merapi hingga Pantai Selatan memberi sumbu kota ini secara simbolis dan filosofis.. Hal ini menciptakan sebuah simbolisme yang mendalam, menghubungkan gunung dan laut, kehidupan dan kematian, serta alam dan budaya.

Yogyakarta: Kota Sejarah Dunia

Ilustrasi kota Yogyakarta. Foto: Sad Agus/Shutterstock
Ilustrasi kota Yogyakarta. Foto: Sad Agus/Shutterstock

Pengakuan oleh UNESCO sebagai Kota Sejarah Dunia bukan hanya penghargaan semata. Ini adalah tanggung jawab untuk menjaga warisan ini agar berkelanjutan. Ini adalah panggilan untuk menghormati Sumbu Filosofi Yogyakarta, sebuah konsep yang telah menuntun perkembangan kota selama berabad-abad.

Sumbu Filosofi, sebuah perpaduan harmonis antara alam dan budaya, adalah simbol kebijaksanaan dan keberlanjutan. Ini adalah bukti bahwa pendekatan yang berfokus pada harmoni alam dan budaya dapat menghasilkan suatu pencapaian yang menakjubkan. Dengan mengakui Sumbu Filosofi Yogyakarta, dunia diberikan pelajaran tentang pentingnya menjaga keseimbangan dengan alam dan memelihara warisan budaya.

Filosofi Sumbu: Konsep Penataan Kota yang Relevan

Istana Air Taman Sari adalah situs bekas taman kerajaan Kesultanan Yogyakarta. Foto: saiko3p/Shutterstock
Istana Air Taman Sari adalah situs bekas taman kerajaan Kesultanan Yogyakarta. Foto: saiko3p/Shutterstock

Sumbu Filosofi adalah salah satu contoh terbaik bagaimana konsep-konsep klasik dapat tetap relevan dalam dunia yang terus berubah. Konsep kota taman, yang merangkul alam dan budaya, adalah inspirasi untuk berbagai gagasan modern tentang tata kota berkelanjutan. Dalam upaya menuju "smart city," "ecocity," atau "green city," kita sering lupa bahwa konsep ini sebenarnya sudah ada jauh sebelum kita memikirkannya.

Pangeran Mangkubumi telah memberikan pelajaran berharga tentang bagaimana menciptakan lingkungan yang memadukan perkembangan kota dengan keberlanjutan alam. Ini adalah bukti bahwa masa lalu dapat memberikan inspirasi untuk masa depan yang lebih baik. Kami berutang budi kepada Pangeran Mangkubumi atas pemikiran dan kontribusinya yang luar biasa ini.

Menghargai Kekayaan Dunia

Ilustrasi Tugu Yogyakarta. Foto: khafidmukriyanto/Shutterstock
Ilustrasi Tugu Yogyakarta. Foto: khafidmukriyanto/Shutterstock

Sebagai Kota Sejarah Dunia, Yogyakarta memiliki tanggung jawab besar untuk memelihara dan mempromosikan warisannya. Pengakuan ini bukan hanya penghargaan, tetapi juga panggilan untuk tindakan. Ini adalah panggilan untuk menjaga dan memelihara aset bersejarah dunia agar tetap berkelanjutan.

Salah satu cara untuk menghormati warisan ini adalah dengan mempertahankan Sumbu Filosofi sebagai konsep dasar dalam perencanaan perkotaan. Menggunakan prinsip-prinsip yang diterapkan oleh Pangeran Mangkubumi dalam pengembangan kota modern dapat membantu menciptakan komunitas yang berkelanjutan dan harmonis.

Dampak Pengakuan UNESCO

Pengakuan Yogyakarta oleh UNESCO memiliki dampak yang jauh lebih besar daripada sekadar gelar prestisius. Ini akan memperkuat industri pariwisata di daerah tersebut, membawa perhatian internasional yang lebih besar dan meningkatkan kesadaran akan budaya dan sejarahnya yang kaya.

Selain itu, pengakuan ini juga akan meningkatkan upaya pelestarian dan pengembangan Sumbu Filosofi. Proyek-proyek pelestarian yang terus berlanjut dan pengembangan konsep urbanisasi yang berkelanjutan akan menjadi prioritas bagi Yogyakarta. Hal ini akan memastikan bahwa warisan ini tidak hanya dipertahankan, tetapi juga diperkaya untuk generasi yang akan datang.

Menjaga Keseimbangan Alam dan Budaya

Ilustrasi Jalan Malioboro, Yogyakarta. Foto: Andreas Fitri Atmoko/ANTARA FOTO
Ilustrasi Jalan Malioboro, Yogyakarta. Foto: Andreas Fitri Atmoko/ANTARA FOTO

Pengumuman UNESCO tentang Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai Warisan Budaya Dunia adalah pengakuan terhadap konsep urbanisasi yang sangat penting dan relevan. Konsep ini mengajarkan kepada kita bahwa keseimbangan antara alam dan budaya adalah kunci untuk menciptakan komunitas yang berkelanjutan.

Yogyakarta, sebagai kota yang hidup dengan filosofi ini, adalah contoh praktek baik tentang bagaimana sebuah kota dapat tumbuh dan berkembang sambil memelihara akar budayanya. Ini adalah pengingat bahwa sejarah tidak hanya ada di buku-buku, tetapi juga di jalan-jalan yang kita tempuh setiap hari.

Sebagai manusia, kita memiliki tanggung jawab untuk menjaga kebijaksanaan ini dan mengaplikasikannya dalam perkembangan perkotaan kita.

Konsep Sumbu Filosofi harus menjadi panduan bagi kita semua dalam perencanaan dan pembangunan kota masa depan. Kita harus belajar dari masa lalu untuk menciptakan masa depan yang lebih baik yang menghormati alam dan budaya.

Mungkin kita dapat memulai dengan bertanya pada diri sendiri: "Apakah konsep Sumbu Filosofi Yogyakarta dapat diterapkan dalam perkotaan kita? Apakah kita dapat menciptakan kota yang harmonis dengan alam dan budayanya?"

Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, kita dapat menjadi bagian dari upaya global untuk menjaga kebijaksanaan urbanisasi ini hidup dan berkelanjutan. Yogyakarta telah memberi kita contoh, sekarang saatnya untuk mengikuti jejaknya.

https://kumparan.com/aditya-hera-nurmoko/sumbu-filosofi-yogyakarta-kebijaksanaan-kota-bersejarah-dunia-abad-ke-18-21Dd5uaGfvV

What's your reaction?

Comments

https://www.hitabatak.com/assets/images/user-avatar-s.jpg

0 comment

Write the first comment for this!

Facebook Conversations