Usman Hamid Kritik Demokrasi Jokowi, Anak Wiji Thukul Baca Puisi Momok Hiyong
Aktivis HAM Usman Hamid mengungkapkan kegelisahannya terkait kondisi negeri saat ini. Menurut Usman, saat ini pengawasan rakyat melalui lembaga-legislatif dilemahkan. #NewsUpdate #Update #News #Text
Direktur Eksekutif Amnesti Internasional di Indonesia, Usman Hamid.   Foto: Thomas Bosco/kumparan
Direktur Eksekutif Amnesti Internasional di Indonesia, Usman Hamid. Foto: Thomas Bosco/kumparan

Aktivis HAM Usman Hamid mengungkapkan kegelisahannya terkait kondisi negeri saat ini. Menurut Usman, saat ini pengawasan rakyat melalui lembaga-legislatif dilemahkan.

Bahkan pengawasan kekuasaan melalui badan peradilan juga dikebiri. Dia kemudian membeberkan kasus-kasus rakyat yang terjadi di era Presiden Jokowi.

"Kasus Haris Azhar, Budi Pego di Jawa timur, Bang Long di Rempang, Mama Yosepha di Papua, dan terakhir adalah kasus Butet Kartaredjasa memperlihatkan bahwa kekuasaan sedang resah karena rakyatnya mulai bicara," kata Usman di acara Panggung Rakyat yang digelar Aliansi Selamatkan Demokrasi Indonesia (ASDI) di GBK, Senayan, Sabtu (9/12).

Usman mengatakan Jokowi dengan kekuasaan eksekutifnya terus ingin berkuasa memperpanjang kekuasaannya. Bahkan, kata Usman, Jokowi lewat mantan Ketua MK Anwar Usman yang merupakan adik iparnya, meloloskan kepentingan anaknya Gibran Rakabuming untuk menjadi cawapres.

"Dengan melemahkan kebebasan berekspresi, melemahkan kontrol rakyat dan dengan mengkebiri badan badan peradilan seperti Mahkamah Konstitusi," ujarnya.

Usman lantas meminta ribuan pengunjung yang memadati Stadion Madya GBK untuk meneriakkan dengan lantang "lawan dinasti".

Putra Wiji Thukul Bacakan Puisi 'Momok Hiyong'

Dalam kesempatan yang sama, anak penyair dan aktivis HAM Wiji Thukul, Fajar Merah membacakan puisi ciptaan sang ayahanda berjudul 'Momok Hiyong'. Puisi 'Momok Hiyong' karya Wiji Thukul mengkritisi keras kekuasaan, penyalahgunaan kekuasaan, serta pengorbanan rakyat dan lingkungan alam.

Fajar yang tampak mengenakan kaus putih bergambar wajah Wiji Thukul, langsung naik ke atas panggung. Dia kemudian langsung membacakan puisi berjudul 'Momok Hiyong'.

Momok hiyong si biang kerok,

Paling jago bikin ricuh,

Kalau situai keruh,

Jingkrakjingkrak ia.

Bikin kacau dia ahlinya,

Akalnya bulus siasatnya ular,

Kejamnya sebanding nero,

Sefasis hitler sefeodal raja kethoprak.

Luar biasa cerdasnya,

Di luar batas culasnya,

Demokrasi dijadikan bola mainan,

Hak asasi ditafsir semau gue.

Emas doyan hutan doyan,

Kursi doyan nyawa doyan,

Luar biasa,

Tanah air digadaikan.

Masa depan rakyat digelapkan,

Dijadikan jaminan hutan.

Momok hiyong momok hiyong,

Apakah ia abadi,

Dan tak bisa mati?

Momok hiyong momok hiyong,

Berapa ember lagi,

Darah yang ingin kau minum?

30 September 1996

https://kumparan.com/kumparannews/usman-hamid-kritik-demokrasi-jokowi-anak-wiji-thukul-baca-puisi-momok-hiyong-21jigMsPaNR

What's your reaction?

Comments

https://www.hitabatak.com/assets/images/user-avatar-s.jpg

0 comment

Write the first comment for this!

Facebook Conversations