
Pernyataan Gusti Randa Mengenai Degradasi PSS Sleman
Direktur Utama PSS Sleman, Gusti Randa, akhirnya memberikan penjelasan mengenai penyebab timnya terdegradasi ke Liga 2. Menurutnya, PSS menghadapi banyak tekanan sejak awal musim.
Gusti mengungkapkan bahwa masalah utama kegagalan PSS dimulai dari pelatih. Di awal musim, saat tim ditangani oleh Wagner Lopes, PSS kesulitan untuk berkembang karena adaptasi antara pelatih dan pemain yang belum optimal. "Secara psikologis, masa itu pasti menekan, bukan hanya saat itu saja, jauh sebelum itu sebenarnya. Kita sempat tiga kali ganti pelatih, dari Wagner Lopes ke Mazola Junior, dan akhirnya ke Pieter Huistra," ujarnya saat dihubungi wartawan pada Minggu (8/6/2025).
Meski memiliki CV mentereng sebagai mantan pemain Timnas Jepang, Wagner Lopes tidak mampu membawa PSS meraih kemenangan dalam lima laga awal musim. "Itu sebenarnya karena ada dinamika. Siapa yang tidak tahu Wagner Lopes? Dia membawa Jepang ke Piala Dunia. Namun, ternyata atmosfer sepak bola Indonesia tidak cocok, akhirnya kita ganti," lanjut Gusti.
Setelah mencatatkan tren negatif, PSS mengganti Wagner dengan Mazola Junior. Meskipun demikian, tim tetap terjebak di zona papan bawah klasemen. Menjelang akhir kompetisi, PSS dipimpin oleh pelatih berpengalaman, Pieter Huistra. "Dengan Mazola pun hanya beberapa pertandingan. Karena ada tekanan, kita ganti pelatih yang pernah menukangi Borneo FC, di mana saat itu Borneo berada di atas," kata Gusti.
Selain masalah pelatih, Gusti juga menyoroti pemilihan pemain sebagai faktor lain penyebab degradasi PSS. "Pemain PSS kemarin benar-benar mengejutkan. Misalnya, ada pemain yang kita kontrak dengan informasi bagus, tetapi ternyata rawan cedera. Sleman mengalami hal seperti itu," ungkapnya.
Gusti menambahkan bahwa PSS juga menghadapi tekanan dari suporter sejak awal musim. Dengan berbagai faktor tersebut, ia menyatakan bahwa sulit bagi PSS untuk bertahan dalam situasi ini. "Ketika kita mendaftarkan delapan pemain asing untuk bermain, hanya enam yang bisa tampil, itu cukup sulit. Dengan situasi seperti ini, kita berupaya. Tekanan-tekanan itu sudah ada sejak awal. Namun, kita tidak bisa berbicara banyak kepada suporter. Mereka hanya tahu bahwa kita harus menang," pungkasnya.
Comments
0 comment