Tekanan berat membuat PSS Sleman terpuruk, dengan Gusti Randa mengungkapkan masalah yang muncul antara pelatih dan pemain sebagai penyebab utama ketidakstabilan tim.

Tekanan Mendera PSS Sleman, Akhir Tragis di Liga 1

Direktur Utama PSS Sleman, Gusti Randa, mengungkapkan bahwa perjalanan tim Super Elja musim ini penuh tantangan berat sejak awal kompetisi, yang akhirnya berujung pada degradasi ke Liga 2. Faktor utama kegagalan PSS menurut Gusti adalah banyaknya pergantian pelatih dan masalah pada proses rekrutmen pemain.

"Sejak awal musim bersama pelatih Wagner Lopes, kami kesulitan beradaptasi dengan gaya dan sistem yang dibawa. Tak hanya itu, kami harus mengalami pergantian pelatih sebanyak tiga kali: dari Wagner Lopes, Mazola Junior, hingga Pieter Huistra," ujarnya.

Meskipun pernah berjaya sebagai pemain Timnas Jepang, karier melatih Wagner Lopes ternyata kurang cocok dengan atmosfer sepak bola Indonesia. PSS bahkan belum meraih kemenangan dalam lima laga awal di bawah asuhannya. Tren negatif terus berlanjut hingga perubahan pelatih ke Mazola Junior, dan kemudian Pieter Huistra yang berpengalaman menangani klub Indonesia.

Selain itu, buruknya hasil juga dipengaruhi oleh pemilihan pemain yang kurang tepat. Banyak pemain yang memiliki potensi, namun ternyata rentan cedera, sehingga memperberat perjuangan PSS di liga.

Tekanan dari suporter juga sangat luar biasa, seperti yang diceritakan Gusti, "Suporter hanya menuntut kemenangan, tanpa memandang berbagai hambatan yang kami hadapi di dalam tim."

Akhirnya, PSS Sleman harus rela turun kasta setelah enam tahun berkompetisi di Liga 1, menyelesaikan musim di posisi ke-16 dengan 34 poin bersama Barito Putera dan PSIS Semarang.

Sebuah babak baru kini menanti PSS untuk bangkit dan membangun kembali kejayaan di masa depan.


You may also like

Comments

https://www.hitabatak.com/assets/images/user-avatar-s.jpg

0 comment

Write the first comment for this!